WHO Menaikkan Status COVID-19 sebagai Pandemi – indhie.com

WHO Menaikkan Status COVID-19 sebagai Pandemi

Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO. [Foto: dok PAHO/WHO]

JENEWA | Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization) menyatakan, Coronavirus Desease 2019 (COVID-19) sebagai sebuah pandemi. Pandemi berarti wabah penyakit yang terjadi di wilayah geografis yang luas, tidak terjadi hanya di suatu negara tertentu saja dan memengaruhi populasi yang sangat tinggi.

Demikian pernyataan Direktur Jenderal WHO, Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus, dalam pernyataan yang disiarkan di situs resmi WHO, pada Rabu (11/3/2020) waktu setempat. Seperti diketahui, COVID-19 sebelumnya masih hanya disebut epidemi, yaitu wabah penyakit menular ke sejumlah populasi tertentu dalam waktu singkat.

WHO menilai, dalam dua minggu terakhir, jumlah kasus COVID-19 di luar China telah meningkat 13 kali lipat, dan jumlah negara yang terkena dampak telah meningkat tiga kali lipat. Sekarang ada lebih dari 118.000 kasus di 114 negara, dan 4.291 orang telah kehilangan nyawanya.

WHO memerkirakan, pada hari-hari dan minggu-minggu mendatang, jumlah kasus, kematian, dan jumlah negara yang terkena dampak akan naik lebih tinggi. “Oleh karena itu kami telah membuat penilaian bahwa COVID-19 dapat dikategorikan sebagai pandemi,” kata Ghebreyesus dalam pernyataannya.

Pelancong dan staf bandara Internasional Robert Mugabe di Harare, Zimbabwe, memakai masker. Difoto pada Rabu, 11 Maret 2020. [Foto: Tsvangirayi Mukwazhi/AP]


WHO sangat prihatin dengan tingkat penyebaran dan keparahan yang mengkhawatirkan. “Pandemi bukanlah kata untuk digunakan dengan ringan atau sembrono. Ini adalah kata yang, jika disalahgunakan, dapat menyebabkan ketakutan yang tidak masuk akal,” tulisnya.

Ghebreyesus juga menyatakan, WHO belum pernah melihat pandemi yang dipicu oleh coronavirus. “Ini adalah pandemi pertama yang disebabkan oleh coronavirus,” katanya. “Dan kami minta setiap hari kepada setiap negara untuk mengambil tindakan yang mendesak dan agresif.”

Data WHO yang diungkap Ghebreyesus menyebut, dari 118.000 kasus yang dilaporkan secara global di 114 negara, lebih dari 90% persen kasus hanya ada di empat negara dan dua di antaranya yaitu China dan Korea- memiliki epidemi yang menurun secara signifikan. “Sebanyak 81 negara belum melaporkan kasus, dan 57 negara melaporkan 10 kasus atau kurang,” terang dia.

Dia juga meminta negara-negara untuk terus mendeteksi, menguji, merawat, mengisolasi, melacak, dan memobilisasi orang-orang sehingga kasus-kasus individu tidak menjadi kluster dan kluster itu tidak berkembang menjadi penyebaran di tingkat masyarakat.

Ghebreyesus meminta negara-negara untuk melakukan empat kunci pendekatan. “Pertama, bersiap-siap. Kedua, mendeteksi, melindungi dan merawat. Ketiga, kurangi penyebaran. Keempat, berinovasi dan belajar,” katanya. “Saya mengingatkan semua negara bahwa kami meminta Anda untuk mengaktifkan dan meningkatkan mekanisme respons darurat Anda.” (*)


BACA JUGA: