JUDUL di atas diinspirasi kalimat Mohammad Roem, mantan Perdana Menteri Indonesia: leiden is lijden; terjemah bebasnya: memimpin berarti menderita. Roem sedang mengutip sebuah peribahasa Belanda kuno ketika menulis Agus Salim di majalah Prisma. Dipakainya peribahasa itu untuk menggambarkan sosok H Agus Salim dan hidupnya.
H Agus Salim adalah orang Minang. Dia tercatat lahir 8 Oktober 1884 di Koto Gadang, Sumatera Barat, dengan nama Masjhoedoelhaq Salim. Masjhoedoelhaq berarti pembela kebenaran. Pada 1912, dia menikah dengan Zaenatun Nahar, sepupunya.
Posturnya kecil tapi tidak dengan daya intelektualnya. Agus Salim adalah seorang poligot, seorang yang mampu menguasai banyak bahasa. Setidaknya ada 9 bahasa. Selain bahasa Melayu dan Minangkabau, dia juga fasih berbicara bahasa Inggris, Belanda, Perancis, Jepang, Jerman, Latin dan Turki. Tapi, Agus Salim diketahui juga pernah hidup di Arab Saudi dan untuk itu, dia kemungkinan besar juga fasih berbahasa Arab. Kelak, dia juga mengajarkan anak-anaknya –Agus Salim memiliki 8 anak– dengan pengantar beragam bahasa.
[foto: nationaalarchief.nl]
[foto: nationaalarchief.nl]
“Apa yang engkau isap?”
“Ini, Yang Mulia, adalah alasan Barat menjajah dunia!”
Itu adalah kisah yang dituliskan Pramoedya Ananta Toer, sastrawan Indonesia, untuk New York Times pada April 1999.
[foto: nationaalarchief.nl]
[foto: Keystone Press/nationaalarchief.nl]




