PROF Dr Koentjaraningrat lahir di Yogyakarta pada 15 Juni 1923. Dia sekolah di Europeesche Lagere School (sekolah dasar), lalu Middelbare Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO, sekolah dasar diperluas, setingkat SMP sekarang), dan Algemeen Middelbare School (AMS, sekolah menengah) di Yogyakarta. Setelah itu, dia pindah ke Batavia (Jakarta).
Dalam biografi Koentjaraningrat yang tertera di situs fukuoka-prize.org, tertulis, pada tahun 1943-1945, Koentjaraningrat menjadi asisten di Perpustakaan Pusat Jakarta. Koentjaraningrat pernah menerima penghargaan dari institusi berlokasi di Jepang ini pada 1995 lalu.
Dulunya, perpustakaan tempat Koentjaraningrat bekerja ini didirikan oleh Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (Royal Batavian Society of Arts and Sciences) pada 1778 oleh seorang botanis Belanda, Jacob Cornelis Matthieu Radermacher. Pada 1868, lokasinya pindah ke gedung yang sekarang disebut Museum Nasional Jakarta. Dari informasi yang ditulis Stephen W. Massil dalam tulisan “National Library of Indonesia” (1994), pada kurun 1846-1920, koleksi perpustakaan itu berkembang dari hanya 1.115 koleksi menjadi lebih dari 100 ribu koleksi. Dan di sana pula, Koentjaraningrat bekerja. Agaknya, ini menjadi salah satu lingkungan yang bagus dalam pilihan akademis Koentjaraningrat sebagai seorang antropolog di kemudian hari.
Salah satu tugasnya adalah mengamankan buku-buku yang dikirim dari Jakarta ke Yogyakarta. Situasi yang tidak aman membuatnya harus tertahan di tanah kelahirannya itu. Tahun 1945-1946, Koentjaraningrat pun menjadi guru di Sekolah Taman Siswa, Yogyakarta.
Lalu, dia mengambil kuliah di Universitas Gadjah Mada (UGM). Dia tamat pada 1950 dari Fakultas Kesusteraan. Untuk diketahui, UGM sewaktu didirikan secara resmi pada 19 Desember 1949, dia merupakan gabungan dari beberapa sekolah tinggi yang telah lebih dulu didirikan, di antaranya Balai Perguruan Tinggi Gadjah Mada (Fakultas Hukum dan Fakultas Kesusasteraan, didirikan 3 Maret 1946), Sekolah Tinggi Teknik (berdiri 17 Februari 1946), Akademi Ilmu Politik Yogyakarta, Balai Pendidikan Ahli Hukum di Solo, serta Perguruan Tinggi Kedokteran Bagian Praklinis di Klaten.
Koentjaraningrat kembali pindah ke Jakarta setelah lulus UGM dan mengajar di SMA Boedi Oetomo. Ia kemudian mendaftar di Universitas Indonesia untuk mendapatkan gelar doktorandus dalam bidang bahasa dan sastra Indonesia. Setelah lulus pada 1952, ia bekerja dengan Prof. Gerrit Jan Held, profesor antropologi Belanda, yang terkenal dengan penelitiannya tentang Papua. Koentjaraningrat akhirnya memilih studi antropologi. Dia ingin kuliah di salah satu universitas bergengsi di dunia, Universitas Yale, Amerika Serikat (AS). Dia lulus beasiswa Fullbright, beasiswa bergengsi dari AS.
Dia lalu berangkat ke New, Have, Connecticut, AS, tempat kampus Yale, pada 1954. Di sana, dia berada di bawah bimbingan Prof. George Peter Murdock. Pada 1955, saat dia masih berada di AS, Koentjaraningrat menikah dengan Kustiani Sarwono.
Koentjaraningrat meraih gelar Master pada 1956 dengan tesis “A Preliminary Description of the Javanese Kinship System”. Tulisannya ini diterbitkan dalam Laporan Seri Budaya Program Studi Asia Tenggara Yale pada 1957.
Koentjaraningrat pulang ke Indonesia dan masuk program doktoral di Universitas Indonesia (UI) di bawah supervisi Dr. Elizabeth Allard. Pada 1957, Koentjaraningrat mendirikan departemen antropologi pertama di Indonesia di Universitas Indonesia. Pada 1958, Koentjaraningrat berhasil merengkuh doktor dengan disertasi “Beberapa Metode Antropologi dalam Penjelajahan2 Masjarakat dan Kebudajaan di Indonesia.” Pada-tahun-tahun itu, Koentjoroningrat sudah mengajar di UI dan UGM. Pada 1962, Koentjaraningrat diangkat menjadi guru besar antropologi di UI, lalu di UGM pada 1970.
Koentjaraningrat aktif menulis. Buku-buku dan karya tulisnya hingga kini menjadi buku teks dan pegangan di setiap kampus di Indonesia.
Koentjaraningrat wafat pada Selasa, 23 Maret 1999, dan dimakamkan di Pemakaman Umum Karet Bivak, Jakarta. (*)
Selintas Biografi
1943-1945 Asisten Perpustakaan Pusat di Jakarta.
1945-1946 Guru di Sekolah Taman Siswa
1950 Doktorandus dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
1956 Master Universitas Yale, AS
1958 Doktor Universitas Indonesia
1958-1961 Dosen UI dan UGM
1962-1988 Profesor di UI
1964-1966 Direktur Studi Budaya Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
1966-1968 Profesor Tamu di Universitas Utrecht Belanda
1967-1977 Wakil Ketua Ilmu-lmu Sosial dan Kemanusiaan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
1970-1980 Profesor di UGM
1976 Doktor Kehormatan dalam Ilmu-ilmu Sosial dari Universitas Utrecht.
1986 Honorary Fellow of the Royal Anthoropological Institute of Great Britain and Ireland
1988 Profesor Emeritus UI
1990 Kanjeng Pangeran Haryo dari Sri Paduka Paku Alam VIII
1991-1992 Guest Research Professor at the Center for Southeast Asian Studies Kyoto University
1991 Member of the Indonesian Academy of Sciences
1994 Bintang Jasa Utama dari Pemerintah Indonesia
1995 Grand Prize Fukuoka Asian Culture Prize
sumber: dirangkum dari berbagai sumber