MEDAN | Akademisi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), Shohibul Anshor Siregar memprediksi, kejadian pada awal Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Langsung pada 2008 lalu yang memerlihatkan banyaknya pasangan calon Gubernur Sumatera (Cagubsu) dan Wakil Gubsu (Wgubsu), tidak akan terulang lagi. Demikian juga dengan pasangan tunggal yang hanya akan melawan kotak kosong.
“Kemungkinan pasangan yang akan bersaing nanti tidak lebih banyak dari dua pasangan. Pasangan tunggal seperti yang terjadi pada beberapa pilkada di daerah lain, saya kira tidak akan terjadi pada pilkada Sumatera Utara tahun 2024,” kata Shohibul Anshor Siregar di Medan pada Selasa (30/5/2023).
Untuk Pilgubsu 2024, paling tidak ada tiga sosok bisa diprediksi punya potensi kuat untuk berlaga: Edy Rahmayadi, Musa Rajekshah, dan Gus Irawan Pasaribu.
Shohib mengatakan, sebagai petahana Edy Rahmayadi tidak mungkin tak dihitung sebagai figur terkuat saat ini. Meski tidak berpartai, Edy diyakini akan maju dengan dukungan partai politik (parpol), tidak melalui jalur perseorangan. “Pada pilkada tahun 2018 lalu Edy Rahmayadi menyatakan mundur dari jabatannya sebagai Pangkostrad dan berhenti dari dinas militer meski belum memiliki kepastian tentang partai pendukung untuk maju dalam Pilkada. Edy Rahmayadi memiliki perhitungan yang amat kuat, karena meski pun sudah beroleh partai pendukung dan sudah ditetapkan sebagai calon tetap, tidak ada jaminan Edy Rahmayadi memenangi Pilkada. Tetapi fakta menunjukkan ia berhasil,” kata dia.
Selain itu, katanya, Edy Rahmayadi memiliki catatan sebagai petinggi militer dengan pangkat Letnan Jenderal yang berhenti dari dinas militernya untuk maju pilkada. “Figur lain tidak seberani itu, ditunggu dulu pensiun baru berani maju,” ujar Shohib.
Sosok Musa Rajekshah atau Ijeck, menurut Shohib, juga harus diposisikan sebagai petahana atau bagian dari petahana karena menjabat sebagai wakil gubernur periode 2018-2023. “Political advantage baginya cukup besar, apalagi dengan jabatan sebagai Ketua Golkar Tingkat I Sumatera Utara,” kata Shohib.
Sedangkan sosok Gus Irawan Pasaribu lain lagi. “Bulan Agustus tahun lalu, Gus Irawan Pasaribu mengatakan kebulatan tekadnya untuk maju pilkada dalam sebuah forum konsultasi politik yang dilaksanakan oleh Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik PW Muhammadiyah Sumatera Utara. Di antara tokoh partai yang hadir waktu itu, hanya Gus Irawan yang secara tegas menyatakan akan maju,” ungkap Shohib yang juga Ketua Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik PW Muhammadiyah Sumut itu.
Selain ketiga orang itu, Shohib juga menyinggung potensi kandidat dari parpol seperti PDIP dan PKS. “Cara pandang yang tepat untuk PDI-P dan PKS ialah menghitung potensi kedua partai ini sebagai kekuatan yang selama ini selalu berpeluang leading dalam memajukan satu pasangan,” kata dia.
Menurutnya, kedua partai itu memiliki peluang mengajukan kader masing-masing dalam pasangan yang berbeda. “Terpulang pada hasil pemilu 2024 apakah PDI-P akan menjadi pemasok calon gubernur dengan menggandeng partai lain seperti pada pilkada yang lalu, dan PKS akan terus memasok calon wakil, atau sebaliknya,” terang Shohib.
Meski demikian, kata Shohib, perhitungan yang lebih mendekati kebenaran baru dapat dilakukan setelah hasil pemilu 2024 diumumkan. Survei-survei sangat sulit dijadikan dasar perhitungan. “Dengan melihat kadar independensi para toke survey itu, tentu menjadi sangat sulitlah menjadikan hasil survei mereka sebagai dasar perhitungan,” tegas Shohib. (*)
Laporan: Gomos