Sejarah Singkat Perguruan Tinggi di Indonesia – indhie.com

Sejarah Singkat Perguruan Tinggi di Indonesia

Hingga Desember 2020, tercatat ada 4.593 Perguruan Tinggi di Indonesia. Berikut sebagian kisah singkat sejarah berdirinya Perguruan Tinggi di Indonesia.
Gedung STOVIA yang kemudian menjadi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. [Foto: dok Universitas Indonesia]

MUNGKIN tahun ini Anda akan sudah masuk kampus. Atau malah sudah? Nah, kalau begitu, mari kita lihat selintas mengenai sejarah Perguruan Tinggi (PT) di Indonesia.

Untuk diketahui, dalam data Statistik Pendidikan Tinggi 2020 (2020) yang dikeluarkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud, 2020) yang sekarang bernama Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek), hingga Desember 2020 ada 4.593 PT di Indonesia. Banyak bukan?

Nah, bagaimana cikal bakal PT di Indonesia?

* * *

PT di Indonesia dirintis berbasis bidang kedokteran atau kesehatan. Kolonial Belanda merasa mendatangkan dokter langsung dari Eropa lebih berbiaya mahal dan tidak mudah, dan memilih mendidik orang-orang pribumi untuk menangani kesehatan penyakit penduduk pribumi waktu itu.  Pada Maret 1902 resmi dibuka School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA atau Sekolah Dokter Pribumi) di Jakarta. Sekolah dokter ini sudah mulai dirintis penjajah Belanda lebih setengah abad sebelumnya. Mulai dari kursus juru (asisten) kesehatan (1849) yang dididik di rumah sakit militer Belanda waktu itu, Weltevreden (sekarang Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat/RSPAD Gatot Soebroto), kemudian berubah menjadi Dokter-Djawa School (1853). Dokter-Djawa School didirikan Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Duymaer van Twist, untuk mendirikan sekolah khusus petugas kesehatan atau banyak disebut tenaga mantri, untuk menangani penyakit cacar yang waktu itu mewabah.

Dokter-Djawa School. [foto: dok kebudayaan.kemdikbud]
Setelah itu berdirilah School tot Opleiding van Inlandsche Geneeskundigen (Sekolah Pendidikan Ahli Ilmu Kedokteran Pribumi) pada 1889, School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (Sekolah Dokter Pribumi) pada 1898 dan resmi dibuka pada 1902. Pada 1913, kata Inlandsche (pribumi) dirubah menjadi Indische (Hindia) pada 1913, sehingga sekolah ini menerima tidak hanya orang pribumi melainkan juga keturunan asing lainnya.

STOVIA berubah menjadi Geneeskundige Hoogeschool (Sekolah Tinggi Kedokteran) pada 9 Agustus 1927. Saat itu, pendidikan dokter resmi ditetapkan menjadi pendidikan tinggi.

Lalu ada Nerderlandsch Indische Artsen School (NIAS) tahun 1913 di Surabaya. NIAS yang mendidik dokter dari kalangan pribumi Hindia Belanda, yang beroperasi mulai 1913-1942. NIAS merupakan cikal bakal Universitas Airlangga, Surabaya, yang didirikan pada 1954, setelah sempat menjadi cabang Universitas Indonesia pada 1948.



Pada zaman Jepang sampai awal kemerdekaan, GHS sempat ditutup Jepang. Lalu Jepang menyatukannya dengan NIAS dan memberi nama Ika Dai Gakko (Sekolah Tinggi Kedokteran). Dua hari setelah proklamasi, tanggal 19 Agustus 1945, pemerintah Indonesia kemudian mendirikan Balai Pergoeroean Tinggi RI yang memiliki Pergoeroean Tinggi Kedokteran. Sekolah tinggi ini dibuka secara resmi pada 1 Oktober 1945. Pada era perang kemerdekaan 1946-1949, Pergoeroean Tinggi Kedokteran mengungsi ke Klaten, Jawa Tengah dan Malang, Jawa Timur. Lembaga pendidikan kedokteran ini kemudian berubah menjadi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI) pada 2 Februari 1950.

Nerderlandsch Indische Artsen School di Surabaya. [foto: dok Universitas Airlangga]
Masih di Jakarta, berdiri Rechts School (Sekolah Hukum) pada 1922 yang dua tahun kemudian, 1924 menjadi Recht Hooge School (Sekolah Tinggi Hukum). Ini merupakan cikal bakal Fakultas Hukum UI. Kemudian pada 1940 didirikan Faculteit de Letterenen Wijsbegeste yang kemudian menjadi Fakultas Sastra dan Filsafat di Indonesia.

Lalu, di Bandung ada Technische Hoogeschool (TH) yang didirikan pada 3 Juli 1920. TH ini adalah awal Institut Teknologi Bandung (ITB). TS merupakan perguruan tinggi teknik pertama sekaligus lembaga pendidikan tinggi pertama di Hindia Belanda. TH didirikan di atas lahan seluas 30 hektar di Bandung dan waktu itu hanya terdapat satu fakultas yaitu de Faculteit van Technische Wetenschap dan hanya satu jurusan yaitu de afdeeling der We gen Waterbouw. TH didirikan untuk memenuhi kebutuhan tenaga teknik yang semakin terbatas pada masa penjajahan Belanda akibat pecahnya Perang Dunia pertama. Kemudian juga ada Textil Inrichting Bandoeng (TIB) yang berdiri pada 1922. Nantinya, yang terakhir ini akan menjadi Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil Bandung.

Areal Technische Hoogeschool Bandoeng (sekarang ITB). [Foto: dok ITB]
Dari Bandung, kita menuju Bogor. Pada 1941, berdiri Landsbouwkundige Faculteit (Sekolah Tinggi Pertanian) dan nantinya menjelma menjadi Institut Pertanian Bogor (IPB).

Bagaimana dengan Kota Pelajar Yogyakarta? Nah, pemerintah Indonesia bekerja sama dengan Jajasan Balai Pergoeroean Tinggi Gajah Mada pada 19 Desember 1949 mendirikan Universitas Gadjah Mada (UGM). Jajasan Balai Pergoeroean Tinggi Gajah Mada sudah dibentuk pada 3 Maret 1946 dan pada awalnya hanya ada Fakultas Hukum dan Kesusasteraan. UGM merupakan penggabungan dan pendirian kembali berbagai balai pendidikan, sekolah tinggi, perguruan tinggi yang ada di Yogyakarta, Klaten, dan Surakarta. Pada saat berdiri tanggal 19 Desember 1949, UGM sudah memiliki 6 fakultas, yaitu Teknik, Kedokteran, Pertanian, Kedokteran Hewan, Hukum, dan Fakultas Sastra dan Filsafat.

Gerbang Universitas Gadjah Mada 1949. [Foto: dok UGM]
Mungkin akan ada banyak lagi kisah dan versi sejarah tentang berdirinya PT di Indonesia. Misalnya saja tentang Perguruan Tinggi Swasta (PTS) ? Nah, kita akan menulis itu dalam artikel selanjutnya. (*)