Hidangan… – indhie.com

Hidangan…

... tidaklah ada hidangan yang cuma-cuma.
ilustrasi. [foto: indhie]

Telah dijadikan bumi sebagai hamparan. Jalan-jalan di atasnya diratakan. Kapal-kapal diseberangkan lewat lautan yang bergelombang.

Ke hamparan itu, air hujan diturunkan. Ditumbuhkan dengannya bermacam tumbuh-tumbuhan. Hewan-hewan yang digembala di atasnya, minum dari sungai yang dialirkan dari tempat yang tinggi ke ruang yang rendah. Mereka makan dan minum di atas dan di bawah hamparan itu.

Dari tanah itu manusia diciptakan, dibaguskan bentuk dan rupanya. Dengan riang dan canda, mereka pun makan minum di hamparan itu.

Semua sudah dihidang; begitu sempurna, tetapi juga menggoda. Mestinya, hidangan pastilah menunjukkan penghidangnya. Namun, sang penghidang sesungguhnya belum memerlihatkan wajah dan sosoknya pada kedua bola mata manusia yang dihidangkannya itu. Lupa si manusia, indra mata yang begitu detail itu juga dicipta oleh sang penghidang. Si manusia pun tergoda.




Kerja dan cemerlangnya tangan dan akal manusia, menjadikan hatinya keras dan angkuh; menyangka dan mengaku itu karena dirinya. Bahkan, dia menantang, cuma dirinyalah yang ada!

Dia pun buta, sebenar-benarnya buta, pada sosok penghidang. Duhai, bukankah tidaklah ada hidangan yang cuma-cuma?

Di hamparan, di tanah itu, pula dia dikuburkan. Dari sana dia dibangkitkan, dikeluarkan untuk menghadap sang penghidang; pencipta dan penggerak dirinya, bumi, langit, air, hujan, tanah, tumbuhan, hewan-hewan, dan seluruh alam, pada waktu yang sudah ditentukan.

Semua ada balasannya; dari sang penghidang, pemilik Asmaul Husna. (*)


Nirwansyah Putra 
[indhie] – des’24