Syeikh Yusuf Al-Makassari, Pahlawan Nasional dari Gowa Makassar – indhie.com

Syeikh Yusuf Al-Makassari, Pahlawan Nasional dari Gowa Makassar

Sempat diasingkan ke Srilanka dan Afrika Selatan.
Syeikh Yusuf Al-Makassari [foto: net]

3 JULI 1626 adalah tanggal kelahiran Syeikh Yusuf Abul Mahasin Tajul Khalwati Al-Makasari Al-Bantani. Ulama yang juga digelari Tuanta Salamaka ri Gowa (Tuan Guru penyelamat kita dari Gowa) merupakan salah seorang pahlawan nasional Indonesia.

Syeikh Yusuf lahir dari pasangan Abdullah dengan Aminah. Ketika lahir, ia dinamakan Abadin Tadia Tjoessoep atau Muhammad Yusuf. Nama ini diberikan oleh Sultan Alauddin, raja Gowa (bertahta sejak 1593-wafat 15 Juni 1639), yang juga adalah kerabat ibu Syeikh Yusuf.

Syeikh Yusuf menikah dengan putri Sultan Gowa. Pada usia 18 tahun, Syekh Yusuf pergi ke Banten. Di Banten ia bersahabat dengan Pangeran Surya (Sultan Ageng Tirtayasa), yang kelak menjadikannya mufti Kesultanan Banten.




Pada  1644, Syeikh Yusuf menunaikan ibadah haji dan tinggal di Mekkah untuk beberapa lama. Syeikh Yusuf juga sempat mencari ilmu ke Yaman, berguru pada Syeikh Abdullah Muhammad bin Abd Al-Baqi, dan ke Damaskus untuk berguru pada Syeikh Abu Al-Barakat Ayyub bin Ahmad bin Ayyub Al-Khalwati Al-Quraisyi. Syeikh Yusuf mempelajari Islam sekitar 20 tahun di Timur Tengah.

Ketika Kesultanan Gowa kalah perang terhadap Belanda, Syeikh Yusuf pindah ke Banten dan diangkat menjadi mufti di sana. Pada periode ini Kesultanan Banten menjadi pusat pendidikan agama Islam, dan Syeikh Yusuf memiliki murid dari berbagai daerah, termasuk 400 orang asal Makassar yang dipimpin oleh Ali Karaeng Bisai.

Ketika pasukan Sultan Ageng dikalahkan Belanda tahun 1682, Syeikh Yusuf ditangkap dan diasingkan ke Srilanka pada bulan September 1684. Di Srilanka, Syeikh Yusuf aktif dalam menyebarkan agama Islam. Melalui jamaah haji yang singgah ke Srilanka, Syeikh Yusuf masih dapat berkomunikasi dengan para pengikutnya di Nusantara, sehingga akhirnya oleh Belanda, ia diasingkan ke lokasi lain yang lebih jauh ke Afrika Selatan pada 22 Desember 1694.

Di Afrika Selatan, Syeikh Yusuf tetap berdakwah, dan memiliki banyak pengikut. Ketika ia wafat pada tanggal 23 Mei 1699, pengikutnya menjadikan hari wafatnya sebagai hari peringatan. Bahkan, Nelson Mandela, mantan presiden Afrika Selatan, menyebutnya sebagai ‘Salah Seorang Putra Afrika Terbaik’.

Jenazah Syeikh Yusuf dibawa ke Gowa atas permintaan Sultan Abdul Jalil (1677-1709) dan dimakamkan kembali di Lakiung, pada April 1705. Kemudian Syeikh Yusuf dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh Presiden Soeharto pada 7 Agustus 1995. (*)


laporan: rozi hasibuan/wikipedia/berbagai sumber