Muhammad Asril
Peneliti Medan Utara Institute
Akun FB Rakyat Asril
Medan Utara dikenal sebagai salah satu kawasan paling diperhatikan saat Pemilu. Setelah pesta usai, dia ditinggalkan tanpa benar-benar dipedulikan untuk sebuah perubahan.
Pada kampanye Pilkada Medan 2015 lalu, Dzulmi Eldin menyebut wajah baru Kota Medan ada di Utara. Tapi, ya, sudahlah, mudah-mudahan Pak Dzulmi Eldin yang kini menjadi Walikota Medan senantiasa berkontemplasi. Kini, mari kita urai mengapa Medan Utara tidak layak diperlakukan seperti sekarang ini.
Potensi
Bagi sebagian orang, Medan Utara dianggap sebagai satu kecamatan di Kota Medan. Bukan, itu keliru.
Medan Utara merupakan kawasan yang terdiri dari empat kecamatan. Medan Deli, Medan Labuhan, Medan Marelan dan Medan Belawan. Disebut Medan Utara karena empat kecamatan ini ada di utara Kota Medan. Pada Pemilu 2019, jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT) di sini kurang lebih 350.000 jiwa.
Kawasan ini memiliki modal sumber daya luar biasa. Yang pertama tentu saja Pelabuhan Belawan. Pelabuhan kelas utama ini jadi yang terpenting di Pulau Sumatera dengan terminal peti kemas Gabion yang awal pembangunannya didanai Bank Dunia pada 1980-an.
Modal selanjutnya yakni Stasiun Kereta Api Belawan. Stasiun ini merupakan stasiun akhir dari perjalanan kereta api yang mengangkut kelapa sawit dan lateks yang dibawa dari sejumlah daerah seperti Rantauprapat, Asahan, Lubukpakam dan sekitarnya.
Di Medan Utara pula banyak terdapat perusahaan BUMN. Mulai dari PT Pelindo, Jasa Marga hingga PT Kawasan Industri Medan (KIM) yang kini sudah berstatus Badan Usaha Milik Negara.
Segi penegakan hukum, Medan Utara memiliki Polres sendiri bernama Polres Belawan. Tentu ini seharusnya menjadi syarat penting bagi sebuah kawasan modern.
Pelabuhan punya, Polres punya, pusat industri punya. Apalagi?
4 thoughts on “Pilkada 2020: Memulihkan Lagi Kepercayaan Diri Medan Utara”