MEDAN | Kota Medan pada 1 Juli 2019 sudah berusia hampir 5 abad. Medan yang lahir pada 1 Juli 1590 lalu, kini sudah berumur 429 tahun. Sebuah usia yang sangat panjang dan bersejarah. Apalagi, Medan saat ini juga sudah menjelma menjadi salah satu kota terbesar di Indonesia. Karena itu, permasalahan Kota Medan saat ini sudah sedemikian kompleks laiknya kota-kota besar di dunia.
“Sebagai generasi penerus Kota Medan, kita tidak bisa berpangku tangan, Kota Medan wajib berbenah,” tegas Hasrul Benny Harahap SH, tokoh muda Kota Medan yang saat ini merupakan Sekretaris Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Perhimpunan Advokat Indonesia (Peradi) Kota Medan, pada Senin (1/7/2019).
Benny, panggilan akrabnya, mengatakan, Kota Medan sudah mempunyai sejarah yang panjang dan sangat dinamis, baik dari segi politik, sosial, ekonomi, dan budaya. “Kota ini pernah dijuluki Paris van Sumatra, selain karena sebagai sentra ekonomi dan politik waktu itu, tapi juga karena sistem, keteraturan serta keindahan tata kota yang ada di dalamnya. Kota kita ini adalah destinasi ekonomi hingga wisata, jadi wajar kita berbenah,” kata Benny juga alumni Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (USU) ini.
Namun, menurut Benny, menata Kota Medan yang modern saat ini bukan gampang. “Kita tidak bisa membalikkan sejarah namun kita dapat menyongsong Kota Medan yang modern yang menjadi harapan tidak hanya bagi warga kota melainkan juga kota-kota penyangga yang mengelilingi Medan. Selain itu, kita juga mesti menjadikan kota ini menjadi kebanggaan seluruh warga Sumatera Utara karena posisinya sebagai ibukota provinsi. Ini penting,” papar Benny.
Ditambahkannya, saat ini, masalah utama Kota Medan di antaranya adalah tata ruang sehingga muncul masalah kemacetan dan banjir. “Sebagai kota modern, kita memerlukan visi yang jelas dan tegas, mau dibuat seperti apa kota ini ke depan. Pengaturan wilayah pemukiman, pendidikan, sentra ekonomi seperti pasar modern dan tradisional, pusat pemerintahan, dan lain-lain, memerlukan kinerja yang serius. Ini dengan titik berat pada keadilan dan keseimbangan sosial ekonomi dan budaya. Belum lagi kerjasama wilayah dengan kabupaten lain dan provinsi,” katanya.
Hal ini, kata dia, berimbas pada masalah hukum dan kriminalitas. “Kalau angka pengangguran tinggi maka kita wajib waspada karena potensinya dapat meningkatkan angka kriminalitas. Tapi, kalaupun Kota Medan sejahtera, pengangguran rendah, pertumbuhan ekonomi kita bagus, pendapatan meningkat, dan lain-lain, tapi kota penyangga dan kabupaten sekitar tidak selaras dengan Medan, maka angka kriminalitas dan penyakit sosial dapat menular ke Kota Medan. Jadi, kita justru perlu bekerjasama dengan banyak pihak. Jangan ada yang cemburu. Medan tidak boleh egois,” tegas Benny.
“Misalnya kita sudah mempermak situs budaya hingga bagus, cantik dan modern. Medan ‘kan terkenal dengan bangunan dan kawasan sejarahnya. Tapi kalau angka kriminalitas tinggi, siapa yang mau datang kemari?” tutur dia. “Apalagi kalau infrastruktur seperti jalan juga rusak, ya bagaimana?”
Karena itu, di saat hari jadi Kota Medan yang ke-429 ini, Benny berharap generasi muda dapat memainkan perannya. “Kita tidak perlu menunggu ajakan tapi harus proaktif membantu dan menyingsingkan lengan baju kita dengan para stakeholder Kota Medan, pemimpin maupun calon pemimpin,” pungkas Ketua Forki Kota Medan ini. (*)