Metode Sains
Abū ʿAlī al-Ḥasan ibn al-Ḥasan ibn al-Haytham atau lebih dikenal dengan nama Alhazen,juga diketahui memperkenalkan metode baru dalam sains yaitu dengan pendekatan eksperimen. Nader El-Bizri, di jurnal Arabic Sciences dan Philosophy 15 (2005) menulis artikel berjudul “A Philosophical Perspective on Ibn al-Haytham’s Optics“, mengatakan, kalau metode eksperimen ini membuat Ibn Haytam disebut sebagai “world’s first true scientist“.
Selain itu, Ibn Sinna juga membuat serangkaian tes baru terhadap obat-obatan. Dia juga membuat eksperimen terhadap efek dari obat-obat itu terhadap pasiennya. Segala efek dicatat dengan rinci dan kemudian dibukukan dalam karyan-karyanya. Sebelumnya, seorang Dokter, Muhammad ibn Zakariya al-Razi atau lebih dikenal dengan Razhe membuat prosedur perawatan pasien dan mensponsori penelitian klinis. R Hajar dalam buku The Air of History (Part IV): Great Muslim Physicians Al Razhes. Heart Views (2013), mengutip pernyataan Razhes soal ini: “Jika Anda hendak mempelajari efek kondisi pendarahan, maka bagilah pasien menjadi dua kelompok; kelompok pertama yang terkena efek pendarahan, amati keduanya dan bandingkan hasilnya.”
Jameel Sadik Al-Khalili OBE, seorang fisikawan teoritis dari Inggris mengatakan, ketika orang-orang India dan Yunani membagi material dunia pada empat hal yaitu udara, tanah, api dan air, hanya lebih bermakna filosofis. Sementara ilmuwan Islam pada keemasan Islam tersebut bertindak lebih jauh dari itu, dengan serangkaian metode sains membagi elemen-elemen dasar itu dalam bentuk materi.
Filsafat dan Sains
Ibn Rusydi dan Ibn Sina memainkan peran yang sangat penting untuk menyelamatkan dan mengembangkan karya-karya Aristoteles. Dua nama ini kemudian mendominasi pemikiran tidak hanya orang-orang muslim namun juga orang Kristen dan agama lainnya. Tidak hanya Ibn Sina, filsuf lainnya seperti al-Kindi dan Al-Farabi juga berhasil menyatukan pemikiran Aristoteles dan Neoplatonisme dengan pemikiran-pemikiran lainnya melalui Islam. Mereka tidak hanya mendukung namun juga mengkritisi, menolak dan kemudian menawarkan pemikiran baru yang sama sekali lain dengan pandangan-pandangan filsuf besar Yunani tersebut. Demikian juga dengan Ibn Tufail yang menulis novel Hayy in Yadhan (son of Awake) pada abad ke-12 yang menjadi semacam “pengantar” bagi renaissance peradaban dan intelektualisme Eropa.
Nama-nama seperti Al-Kindi, Muhammad ibn Zakariya al-Razi, Abu Yaqub al-Sijistani, Abu al-Hassan al-Amiri, Ebn Meskavayh, Al-Maʿarri, Hamid al-Din al-Kirmani, Nasir Khusraw, Ibn Bâjja (Avempace), Afdal al-Din Kashani, Al-Ghazali, Najmuddin Kubra, Fakhr al-Din al-Razi, Shahab al-Din Suhrawardi, Ibn Arabi, Nasir al-Din al-Tusi, Jalaluddin Rumi, Ibn al-Nafis, Qotb al-Din Shirazi, Ibn Sabin, Sayyid Haydar Amuli, Taftazani, hingga Ibn Khaldun, memberi keemasan Islam di bidang filsafat.
Dalam bidang matematika, Nama Muhammad ibn Musa al-Khawarizmi memainkan peranan sangat penting dalam mengembangkan Aljabar, Algoritma dan angka-angka Hindu-Arab. Sementara itu, soal-soal seperti Geometri, malah tidak hanya dipergunakan untuk keperluan matematika saja, melainkan juga diterapkan dalam khasanah kesenian Islam secara keseluruhan. Terutama dalam bentuk dan pola geometris seperti decagon, hexagon dan pentagon. Hampir seluruh arsitektur bangunan di masa keemasan Islam mengambil bentuk-bentuk geometris dalam konsep maupun hiasan dindingnya.
Sedangkan di bidang Trigonometri, nama seperti Ibn Mu’adh al-Jayyani merupakan salah satu nama matematikawan muslim yang kepadanya disematkan hukum Sinus. Dia menulis buku yang diterjemahkan ke bahasa Inggris The Book of Unknown Arcs of A Sphere pada abad ke-11.
ibn al-Haytham atau Alhazen, merupakan nama yang sangat penting di bidang kalkulus, jauh sebelum Isaac Newton dilahirkan. Di masa pertengahan Eropa, Ibn al-Haytham dijuluki sebagai Ptolemaeus Secundus atau Ptolemy Kedua. Ptolemy merupakan seorang Yunani yang dianggap sebagai orang yang pertama dan terkemuka di bidang astronomi.
Nama-nama lain yang mengemuka di bidang matematika yaitu ‘Abd al-Hamīd ibn Turk (quadratics), Thabit ibn Qurra, Abū Kāmil Shujā ibn Aslam (irrationals), Sind ibn Ali, Abū Sahl al-Qūhī (pusat gravitasi), Abu’l-Hasan al-Uqlidisi (artimatika), ‘Abd al-‘Aziz al-Qabisi, Abū al-Wafā’ Būzjānī (spherical trigonometri), Al-Karaji (aljarbar, induksi), Abu Nasr Mansur (spherical trigonometri), Ibn Tahir al-Baghdadi (irrationals), Ibn al-Haytham, Abū al-Rayḥān al-Bīrūnī (trigonometri), Ibn Yaḥyā al-Maghribī al-Samawʾal, Ibn Maḍāʾ, Naṣir al-Din al-Ṭusi hingga nama seperti Jamshīd al-Kashi (desimal dan estimasi).