Astronomi
Teks astronomi pertama yang diketahui diterjemahkan ke bahasa Arab adalah teks-teks dari India dan Persia. Di antara teks yang terkenal adalah Zij al-Sindhind, sebuah karya astronomi dari India pada abad ke-8 yang diterjemahkan oleh Muhammad ibn Ibrahim al-Fazari dan Yaqub in Tariq pada tahun 770 dengan bantuan astronom dari India yang mengunjungi Khalifah Al-Mansur pada tahun 770.
Karya besar pertama umat muslim di bidang astronomi barangkali adalah Zij al-Sindh yang dibuat oleh al-Khawarizmi pada 830. Buku ini mengandung tabel perhitungan pergerakan matahari, bulan dan lima planet yang baru diketahui pada masa itu.
Pada tahun 964, astronom fisika Abd al-Rahman al-Sufi yang di dunia barat dikenal dengan nama Azophi, menulis buku Kitab Suwar al-Kawakib atau The Book of Fixed Stars. Buku itu menggambarkan ruang “nebulous” (samar-samar) di konstelasi Andromeda. Ini merupakan referensi defenitif pertama yang dikenal manusia mengenai Galaksi Andromeda, galaksi yang terdekat dengan galaksi bumi yaitu Bima Sakti.
Khawaja Muhammad ibn Muhammad ibn Hasan Tūsī atau Nasir al-Din al-Tusi berhasil menemukan teknis geometris yang ilmuwan modern menyebutnya Tusi-Couple. Teknik ini pertama kali diusulkan Tusi pada tahun 1247 dalam bukunya Tahrir al-Majisti (Komentar terhadap Almagest), sebagai solusi untuk gerakan garis lintang dari planet-planet rendah.
Khalifah al-Ma’mun juga memimpin untuk pertama kalinya proyek penelitian besar yang melibatkan kelompok besar cendekiawan dalam membangun observatorium astronomi pertama di Baghdad pada 828. Hal ini utuk membuktikan apa yang telah diamati oleh Ptolemy. Data yang diberikan oleh Ptolemy diperiksa dengan cermat dan direvisi oleh para pakar di bidang geografi, matematika dan astronomi. Al-Mamun juga menyelenggarakan penelitian tentang keliling Bumi dan menugaskan proyek geografis yang akan menghasilkan salah satu peta dunia dan waktu yang paling rinci.
Konstruksi observatorium yang dikomandoi oleh astronom senior, Yahya bin Abi Mansur dan Sanad bin Ali al-AlYahudi, ditapak di al-Shammasiyya, Baghdad, dan disebut Maumtahan Observatory. Setelah mengamati Matahari, Bulan dan planet-planet, sebuah observatorium kedua dibangun lagi di Gunung Qasioun, dekat Damaskus. Hasil pengamatan ini disusun dalam sebuah karya yang dikenal sebagai al-Zij al-Mumtahan, yang diterjemahkan sebagai “Tables The Verified”.
Hasil penemuan Al-Battani, Ibn Rushdi, Nasiruddin Tusi, dan lain-lain di bidang astronomi telah jauh mendahului penelitian Heliosentrisme-nya Copernicus.