Pada 2004, kelompok ini mulanya dikenal dengan nama Jamaʻat al-Tawhid wa-al-Jihad (Jamaah Tauhid dan Jihad).
Menurut dokumen yang dikeluarkan Uppsala Data Conflict Programme: Conflict Encyclopaedia (Iraq), pada Oktober 2004, pemimpin kelompok ini, Abu Musab al-Zarqawi, menyatakan loyalitasnya kepada Osama ibn Laden dan merubah nama kelompok mereka menjadi Tanzim Qaʻidat al-Jihad fi Bilad al-Rafidayn yang artinya adalah Organisasi Jihad di Negara Dua Sungai. Tapi oleh pers barat, mereka lebih terkenal dengan nama Al-Qaeda in Iraq (AQI).
Pada Januari 2006, AQI diperkuat dengan beberapa kelompok kecil di Iraq yang kemudian mendirikan organisasi baru yang memayungi mereka dan beberapa kelompok lainnya di antaranya Jaish al-Ta’ifa al-Mansurah, Katbiyan Ansar Al-Tawhid wal Sunnah, Saray al-Jihad Group, al-Ghuraba Brigades, dan al-Ahwal Brigades. Organisasi baru ini bernama Mujahideen Shura Council (MSC).
Lembaga intelijen AS, menyebut, keanggotan mereka menyentuh angka seribu orang. Namun jumlah itu disebutkan semakin mengecil karena banyaknya prajurit mereka tewas dalam aksi bunuh diri. Pada Maret 2007, AS melaporkan kelompok ini bertanggungjawab terhadap 43 serangan dari total 439 serangan ke militer Irak dan milisi Shiah. Dari 357 serangan ke militer AS, grup ini diklaim bertanggungjawab terhadap 17 serangan.
Hal di atas menyimpulkan tipikal korban serangan AQI adalah militer AS dan termasuk sejumlah besar warga Shiah di Irak. Namun, tewasnya pimpinan grup ini, al-Zarqawi pada Juni 2006, membuat grup ini kian melemah.
Pada Oktober 2006, MSC memilih bergabung dengan faksi-faksi lain yang berserak dan suku-suku lain di Iraq dan mendirikan aliansi yang dikenal dengan nama Ḥilf al-Muṭayyabīn atau bila diartikan secara sederhana yaitu Satu Sumpah yang Wangi. Mereka bersumpah membebaskan kaum Sunni Iraq dari cengkraman Shiah dan hendak menegakkan kejayaan Islam kembali.
Pada 13 Oktober 2006, mereka mengumumkan terbentuknya Dawlat al-ʻIraq al-Islamiyah atau Islamic State of Iraq (ISI). Sebuah “pemerintahan” dibentuk dan dipimpin oleh Abu Abdullah al-Rashid al-Baghdadi sebagai Emir. Laporan intelijen AS mengatakan, mereka disokong oleh seorang berkebangsaan Mesir bernama Abu Ayyub al-Masri. Mereka mengklaim wilayah Baghdad, Anbar, Diyala, Kirkuk, Salah al-Din, Nineveh, dan sebagian Babil, masuk dalam wilayah mereka.
Deklarasi kelompok ini tidak langsung mendapat dukungan dari kelompok lain yang berada di dalam dan luar Irak. Apalagi, dalam serangan-serangannya, ternyata kelompok AQI-ISI, juga membunuh kaum sipil Sunni di Irak. Hal ini membuat dukungan masyarakat Sunni di Irak terhadap mereka kian menipis. Apalagi, militan Sunni di Irak kemudian memilih bekerjasama dengan militer AS untuk memerangi mereka. Tercatat kelompok seperti al-Jaysh al-Islami fī’l-‘Iraq (Islamic Army in Iraq/IAI) dan milisi dari suku-suku di Irak yang tergabung dalam Majlis Inqadh al-Anbar (Dewan Keselamatan Anbar/Anbar Salvation Council/ASC) justru berseberangan dan kemudian berdampingan dengan militer pemerintah Irak dan tentara AS.
Pada April 2007, IAI mengumumkan ISI telah membunuh 30 anggota mereka termasuk anggota Jamaat Ansar al-Sunna dan Jaish al-Mujahideen (Tentara Mujahidin) Iraq. IAI meminta Osama ibn Laden turun tangan langsung untuk memeringatkan AQI. Pada Juni 2007, IAI bersedia melakukan gencatan senjata dengan AQI namun tidak dengan ISI.
2 thoughts on “ISIS, Metamorfosa Gerakan Multi Bidan”