LAPANGAN Merdeka bak memori yang terselip-selip di bagian ujung ingatan warga kota Medan. Memori itu mungkin saja menguak kuat bila berada di ujung Jalan Raden Saleh dan menatap langsung ke Gedung Jakarta Lloyd. Gedung ini dulunya adalah kantor perusahaan pelayaran The Netherlands Shipping Company dan sempat menjadi Kantor Rotterdam’s Lloyd.
Di seberangnya berdiri pula Gedung PT London Sumatera Indonesia yang juga sering disebut Gedung Juliana. Gedung ini dulu dipunyai oleh Harrison & Crossfield, sebuah perusahan perkebunan milik Inggris. Di sebelah kanannya, Gedung Bank Bumi Daya dan Gedung Bank Exim yang di masa silam dipunyai The Netherlands Trading Company atau Nederlandsche Handel Maatschappij (1929).
Tentu, yang tak boleh dilupakan adalah gedung bersejarah bernama Balai Kota Medan yang kini hanya menyisakan bagian depannya saja. Balai Kota telah berubah menjadi Hotel Grand Aston. Di belakangnya menjulang gagah Bank of China.
Di sebelah kiri Balai Kota ada Gedung Bank Indonesia (dulu bernama Javasche Bank). Gedung ini dibangun pada tahun 1910 oleh asosiasi Hulswit and Fermont dari Weltevreden and Ed Cuypers dari Amsterdam. Tepat di sebelahnya, berdiri gagah hotel pertama di Kota Medan yaitu Hotel de Boer, yang saat ini lebih dikenal sebagai Hotel Darma Deli.
Di depan itu semua, di samping Lapangan Merdeka Medan, berdirilah Gedung Kantor Pos Besar Medan. Gedung yang didirikan tahun 1909-1911 oleh seorang bernama Snuyf dan diketahui pernah menjabat sebagai Direktur Jawatan Pekerjaan Umum Belanda untuk Indonesia. Di sebelahnya, bertapak gedung Witte Societet (1886).
Jajaran antik itu juga dulu yang pernah membuat istilah “Paris Van Sumatra” sempat singgah ke Kota Medan. (baca juga: Saat Medan Berjuluk Paris van Sumatra)
* * *
(bersambung…)
4 thoughts on “Kawasan Lapangan Merdeka Medan, Titik Nol yang Kian Renta”