JAKARTA | Kementerian Pertahanan (Kemenhan) membeli 12 pesawat tempur Mirage 2000-5 bekas Angkatan Udara (AU) Qatar. Nilai kontraknya diinformasikan sekitar US$795,14 juta (sekitar Rp11,9 triliun dengan kurs jual BI Rp15.017).
Pembelian pesawat itu menjadi pengantar transisi pembelian pesawat tempur TNI AU yang baru, Rafale. Seperti diketahui, kedua pesawat tempur itu, Mirage dan Rafale, sama-sama buatan Prancis.
Tentang pembelian itu, Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto menjelaskan, pembelian itu menjadi kekuatan penangkal pertahanan Indonesia. “Saat ini banyak sekali pesawat kita yang sudah tua dan harus kita refurbished. Kita sedang perbaiki. Ini butuh waktu kurang lebih satu tahun atau 18 bulan lagi untuk mengoperasionalkan semua pesawat tempur kita sekarang,” kata Prabowo setelah menghadiri acara HUT ke-1 Defence Industry Indonesia (Defend ID) di PT Dirgantara Indonesia, Bandung, Jawa Barat, Kamis (15/6/2023).
Prabowo menambahkan, pembelian pesawat baru Rafale baru akan datang 3 tahun lalu. “Kita akan beli pesawat-pesawat yang baru modern sudah kita kontrak, sudah kita pesen, Rafale, (sebanyak) 42 (unit) dari Prancis. Tapi kita tanda tangan baru berapa minggu yang lalu, berapa bulan, datangnya nanti yang pertama itu 3 tahun lagi, paling cepat. Nanti skuadron itu akan operasional mungkin 5-6 tahun lagi,” ujar Prabowo.
Karena itu, pembelian Mirage 2000-5 menjadi urgen. “Nah untuk menghadapi 5 tahun ini, kita perlu yang disebut interim deterrent, untuk waktu 3-5 tahun ini segera kita butuh kemampuan. Nah dengan gitu kita lihat yang mana, kita lihat yang potensial adalah Mirage 2000-5. Dan ini sulit, banyak negara yang mau ambil. Alhamdulillah dengan hubungan kita yang baik dengan Qatar, mereka kasih kepada kita,” kata Prabowo.
Seperti diketahui, Qatar kemudian menjual 12 Mirage 2000-5 ke Indonesia. “Mirage ini cukup canggih dan walaupun dikatakan bekas tapi Qatar adalah negara yang sangat kecil jadi flying hours-nya masih sedikit. Jadi masih bisa kita pakai mungkin minimal 15 tahun, 20 tahun lagi,” lanjut dia.
Pilot-pilot pesawat tempur AU pun akan berlatih dan menggunakan Mirage sebelum nantinya beralih ke Rafale. “Dan teknologinya sudah sangat canggih dan nanti mengarah kepada Rafale. Jadi inilah pilot-pilot kita nanti akan kita latih di Mirage. Begitu Rafale datang dia akan transisi ke Rafale,” ujarnya.
Namun, pesawat itu bukan yang terakhir dibidik Kemenhan. Menurut Prabowo, Kemenhan juga sedang berunding dengan Emirates yang memiliki Mirage 2000-9, KFX Korea, F-15 Amerika Serikat, dan lain-lain.
Kondisi dunia yang sedang dilanda dampak perang Ukraina-Rusia juga berpengaruh terhadap pembelian pesawat tempur. “Karena, tidak ada yang mau jual. Saya sudah coba kemana-mana. Karena sedang perang di Ukraina. Saya coba ke Yunani, mencoba F-16, saya tulis surat ke Mesir, saya minta ke Amerika, tidak ada. Harus beli yang baru. Kalau beli yang baru, sama juga, 5 tahun baru operasional,” ungkap Prabowo.
Mirage 2000-5, dan juga Rafale, merupakan pesawat tempur produksi Dassault Aviation SA milik Prancis. Qatar memiliki 12 unit Mirage 2000-5 dengan varian 2000-5EDA (Single-seat fighter) 9 unit dan 2000-5DDA (Two-seat trainer) 3 unit. (*)
Laporan: Harma Sinaga