Sebanyak 4.700 Gigaton Es Greenland Mencair 20 Tahun Terakhir – indhie.com

Sebanyak 4.700 Gigaton Es Greenland Mencair 20 Tahun Terakhir

Berkontribusi menaikkan 1,2 cm permukaan laut global. Jika seluruh lapisan es Greenland mencair, maka permukaan laut global akan naik sekitar 7,4 meter. Studi baru diperlihatkan peneliti Denmark dan NASA. Greenland merupakan wilayah lapisan es terbesar kedua di dunia setelah Antartika. 
Foto misi NASA Oceans Melting Greenland (OMG) diambil di Greenland pada 2017. [Foto: NASA OMG]

INDHIE | Greenland merupakan wilayah lapisan es terbesar kedua di dunia setelah Antartika. Studi terbaru di wilayah ini menunjukkan, selama 20 tahun terakhir, periode 2002-2021, sebanyak 4.700 Gigaton (Gt) es dilaporkan telah mencair di Greenland, Denmark. Juga, selama periode 2003-2011, lapisan es Greenland telah kehilangan 234 km³ air per tahun, yang berkontribusi atas kenaikan permukaan laut secara tahunan rata-rata sebesar 0,65 mm.

Demikian publikasi riset yang dilaporkan PolarPortal, portal institusi riset milik Denmark yang memonitor dinamika lapisan es dan iklim di wilayah Greenland dan Arktik, baru-baru ini.

“Data GRACE diperbarui hingga Agustus 2021… Sejak pengukuran dimulai pada April 2002, lapisan es Greenland yang telah mencair sekitar 4.700 gigaton… Pencairan ini telah memberikan kontribusi 1,2 cm terhadap kenaikan permukaan laut,” demikian ditulis akun twitter PolarPortal per 31 Januari 2022.

Jika dibanding-bandingkan, maka es yang mencair sebanyak 4.700 Gt itu setara dengan 4.700 km³, dan mampu membuat banjir di seluruh wilayah Amerika Serikat (AS) dengan air setinggi setengah meter.

Berikut cuitan yang terdapat dalam akun PolarPortal itu:

PolarPortal didanai DANCEA (Danish Cooperation for Environment in the Arctic) di bawah Kementerian Energi dan Iklim Denmark. Portal ini diisi oleh beberapa lembaga riset Denmark yaitu DMI (Danish Meteorological Institute), GEUS (The Geological Survey of Denmark and Greenland), DTU Space (National Space Institute), dan DTU Byg (Institute for Civil Engineering). PolarPortal secara periodik melaporkan hasil risetnya di situs dan akun media sosialnya.

Sementara GRACE merupakan Gravity Recovery And Climate Experiment, suatu satelit pemantuan iklim hasil kerjasama antara NASA (The National Aeronautics and Space Administration) milik AS dan Deutsches Zentrum für Luft- und Raumfahrt (DLR, German Aerospace Centre for Geosciences/GFZ) punya Jerman, yang diluncurkan pada 2002-2017. Pada 2018, satelit GRACE dilanjutkan dengan GRACE-FO (Follow On), sehingga ada dua satelit kembar di orbit bumi yang yang berjarak sejauh 220 km.

* * *

Dalam situs resmi PolarPortal, peneliti Denmark menunjukkan peta dan grafik yang memerlihatkan pertambahan massa es ketika ada pengendapan, berapa banyak massa ini yang hilang ketika salju dan es mencair, dan ketika gunung es terlepas dari gletser outlet utama lapisan es. “Perbedaan dalam perubahan massa ini selama satu tahun glasiologis (September-Agustus) disebut keseimbangan massa total Lapisan Es Greenland,” tulis mereka.

KIRI: Grafis perubahan massa es Greenland hasil pantauan satelit GRACE [Foto: PolarPortal/GRACE-GRACE FO], KANAN: Peta lapisan es Greenland [Foto: Eric Gaba-wikimedia]
Grafis perubahan massa es Greenland dalam Gigaton dan kenaikan ketinggian laut. [Grafis: PolarPortal]
Grafis di atas menggambarkan perkembangan bulan demi bulan dalam perubahan massa yang diukur dalam Gigaton (Gt). Untuk diketahui, 1 Gt adalah 1 miliar ton atau setara 1 km³ (kubik) air. Sumbu kiri pada grafik menunjukkan bagaimana hilangnya massa es ini sesuai dengan kontribusi kenaikan permukaan laut. Jika 100 Gt, maka itu setara dengan kenaikan permukaan laut global sebesar 0,28 mm.

“Berdasarkan data ini, dapat dilihat bahwa selama periode 2003-2011, Lapisan Es Greenland telah kehilangan air sebanyak 234 km³ per tahun, yang berkontribusi atas kenaikan permukaan laut secara tahunan rata-rata sebesar 0,65 mm,” tulis PolarPortal.

Tentang perubahan ketinggian es, disebutkan, topografi Lapisan Es Greenland telah berubah selama tiga tahun dari Januari 2018 hingga Desember 2020. “Jelas terlihat bahwa di dekat banyak gletser outlet besar, lapisan es telah menipis beberapa meter setiap tahun, tetapi kami juga melihat bahwa bagian dari lapisan es telah menebal karena curah hujan selama tiga tahun,” demikian analisis peneliti PolarPortal.



Penelitian lain soal Greenland misalnya diperlihatkan oleh NASA. Pusat riset Jet Propulsion Laboratory (JPL) NASA yang dikelola California Insitutte of Technology (Caltech), baru saja menyelesaikan penelitian mereka di Greenland pada 31 Desember 2021 kemarin. Misi ini disebut dengan NASA Oceans Melting Greenland (OMG) dan digelar selama 6 tahun yang dimulai 2016 silam. Tujuan NASA, menyelidiki dan memahami kenaikan permukaan laut selama 50 tahun ke depan.

Foto misi NASA Oceans Melting Greenland (OMG) diambil di Greenland pada 2017. [Foto: NASA OMG]
Penelitian ini secara ekstensif mensurvei garis pantai Greenland. Sebagian besar gletser Greenland yang bermuara ke laut berisiko kehilangan es lebih cepat daripada yang dipahami sebelumnya. “OMG membuktikan bahwa air laut mencairkan gletser Greenland setidaknya sebanyak udara hangat yang melelehkannya dari (bagian) atas,” tulis situs resmi JPL NASA melansir riset NASA OMG, yang disiarkan pada Rabu (26/1/2022) lalu.

Menurut NASA, hilangnya es dari lapisan es Greenland saat ini berkontribusi lebih besar terhadap kenaikan level laut secara global daripada sumber tunggal lainnya. Pengukuran baru telah mengklarifikasi kemungkinan bahwa laju hilangnya es di masa depan di tempat di mana gletser mencair, enam atau tujuh kali lebih cepat daripada 25 tahun yang lalu. “Jika semua lapisan es Greenland mencair, permukaan laut global akan naik sekitar 24 kaki (7,4 meter),” tulis situs JPL NASA.

Misi NASA tersebut melakukan survei dari dasar laut di sekitar garis pantai Greenland, termasuk lusinan fjord (saluran masuk berjajar tebing yang tersumbat oleh gunung es dari gletser yang hancur) yang sebelumnya belum dipetakan, dan mengukur bagaimana suhu laut berubah dari satu tempat ke tempat lain, tahun ke tahun, dan dari atas ke bawah, di lebih dari 220 gletser. Untuk mendapatkan kumpulan data ini, pesawat riset NASA disebut telah mengelilingi Greenland lebih dari 13 kali.

Skema riset NASA OMG di Greenland 2016-2021. [Grafis: NASA OMG]
PolarPortal milik Denmark juga senada. Kata mereka, dalam beberapa dekade terakhir, lapisan es mulai menyusut dan itu berarti lapisan es telah kehilangan lebih banyak massa dalam bentuk air atau gunung es yang meleleh, dibanding dengan massa mengendapnya. Proses kehilangan massa ini dimulai sekitar 1990 dan telah dipercepat sejak 2000. Kehilangan massa dalam beberapa tahun terakhir kira-kira empat kali lebih besar daripada sebelum 2000. “Ini memiliki konsekuensi di Kutub Utara dan sekitarnya,” tulis PolarPortal.

Es laut Arktik juga disebut merespons peningkatan suhu. Selama 30 tahun terakhir, wilayah laut yang tertutup es itu telah berkurang sekitar 30% di musim panas. Pada 2012, luas es laut hanya 50% dari rata-rata (periode 1979-2000). Bahkan area yang tertutup es di musim dingin telah berkurang. “Perkembangan ini mempengaruhi kehidupan manusia dan hewan, tidak hanya di Kutub Utara tetapi juga di seluruh dunia: permukaan laut global, rute pelayaran baru, potensi perubahan pola cuaca, dan lain-lain,” terang peneliti PolarPortal.

Menurut PolarPortal, peningkatan pencairan dari lapisan es Greenland yang telah diamati dalam dekade terakhir sangat dipengaruhi oleh pola cuaca yang membawa udara selatan yang hangat ke Greenland.

* * *

Greenland merupakan wilayah otonom Kerajaan Denmark yang terletak di antara Samudra Arktik dan Atlantik, sebelah timur Kepulauan Arktik Kanada. Meski secara fisiogeografis merupakan bagian dari benua Amerika Utara, selama ini Greenland sangat erat secara politik dan budaya dengan Eropa kuno. Mayoritas penduduknya suku Inuit Eropa. Bangsa Viking disebut mulai menetap di selatan Greenland pada abad ke-10 setelah sebelumnya menghuni Islandia untuk menghindari kejaran kerajaan Norwegia. Dari sini, mereka juga disebutkan sudah bergerak ke benua Amerika.

Pada awal abad ke-18, penjelajah Denmark mendarat kembali di Greenland. Denmark–Norwegia sempat saling mengklaim kedaulatan atas pulau tersebut, tetapi kemudian lebih memilih berkolaborasi atas wilayah itu. Namun, kerjasama ini bubar. Norwegia kehilangan kedaulatan atas Greenland pada 1814 dan Greenland menjadi sepenuhnya milik Denmark. Greenland kemudian ditetapkan sebagai wilayah integral Denmark oleh Konstitusi Denmark pada 1953.

Lapisan es Greenland. Foto diambil misi NASA Oceans Melting Greenland (OMG) pada 2015. [Foto: NASA OMG]
Greenland adalah pulau terbesar di dunia. Tiga per empat Greenland ditutupi oleh satu-satunya lempeng es abadi di dunia selain Antarktika. Jumlah penduduknya hanya 56.480 jiwa (data 2013). Kurang lebih sepertiga penduduknya tinggal di Nuuk, ibu kota sekaligus kota terbesar di Greenland.

Wilayah ini dipantau khusus oleh kerajaan Denmark, selain oleh negara besar seperti AS dan Eropa. Para peneliti telah memantau Es laut Arktik dan Lapisan Es Greenland secara ketat, apalagi fakta-fakta yang menunjukkan bahwa kenaikan suhu udara global telah berdampak signifikan tidak hanya di Kutub Utara melainkan di seluruh dunia. (*)