Inflasi, Suku Bunga BI, Pasar Modal dan Emas
Seperti yang kita ketahui bersama, Inflasi merupakan sebuah kata yang sering kita dengarkan ketika sebuah permasalahan ekonomi dalam sebuah negara sedang dibahas. Banyak hal menarik yang sebenarnya tidak memerlukan penalaran tinggi namun semua hal tersebut memiliki keterikatan yang cukup erat dan sering disebut dengan efek domino atau efek yang berkaitan satu sama lain.
Selain dari permintaan yang meningkat, ada hal lain yang mempengaruhi kenaikan inflasi yaitu penurunan suku bunga yang menyebabkan tingkat peminjaman dana akan meningkat serta mengakibatkan dana penyimpanan di bank melalui tabungan dan sejenisnya berkurang.
Tingginya biaya operasional dan produksi pada sebuah industri turut memberi sumbangsih akan terjadinya peningkatan inflasi pada sebuah negara. Beberapa hal yang menyebabkan tingginya biaya operasional dan produksi antara lain adalah biaya bahan baku yang tinggi, bahan baku impor, biaya tenaga kerja, biaya distribusi dan juga pajak yang cukup tinggi. Selain itu kondisi mempengaruhi naiknya tingkat inflasi adalah kebijakan pemerintah tentang kelebihan pencetakan uang dari yang dibutuhkan.
Beberapa penyebab tersebut akan menjadi berbeda ketika budaya dan kebiasaan masyarakatnya juga berbanding terbalik. Hal yang tidak bisa kita pungkiri bersama identik masyarakat Indonesia masih termasuk pada kategori masyarakat konsumtif. Untuk industri, Indonesia juga masih dikategorikan pada level perakitan bukan pembuatan ataupun manufacturing. Semua bahan baku industri saat ini masih banyak bergantung kepada negara luar seperti China dan Amerika. Sehingga Indonesia sendiri tidak dapat menghindari hal apapun yang terjadi atas kedua negara tersebut.
Pada tanggal 19 dan 20 Februari 2020, BI berinisiatif menurunkan suku bunga dengan tujuan menjaga dan mengontrol angka inflasi Indonesia. Kembali pada pembahasan di atas yang menyatakan bahwa inflasi bisa jadi akan meningkat dengan diturunkannya suku bunga. Hingga saat ini masih perlu dikaji dan ditelaah dengan baik maksud dan tujuan BI melakukan penurunan suku bunga tersebut.
BACA JUGA:
Apabila tujuan tersebut untuk meningkatkan tingkat peminjaman di lembaga keuangan, maka bisa kita prediksi sektor usaha yang akan meningkatkan peminjaman di lembaga keuangan adalah sektor usaha konsumtif seperti kendaraan bermotor dan juga properti. Selain itu, kategori usaha atas yang mendapatkan kemudahan atas peminjaman di lembaga keuangan dikarenakan kesulitan mendapatkan modal melalui pasar modal di bursa saham.
Jika sebagai pelaku pasar, maka perlu memperhatikan pergerakan saham-saham perusahaan yang berhubungan dengan kendaraan bermotor dan properti serta perusahaan perusahaan multi nasional yang berhubungan dengan konsumtif masyarakat pada kebutuhan premier dan sekunder.
Kebijakan pemerintah sendiri dalam mengatasi angka inflasi seharusnya tidak hanya pada satu faktor saja, dikarenakan efek domino sebuah perekonomian mencakup seluruh elemen. Maka, ada baiknya pemerintah melakukan kebijakan secara bersamaan dalam mencapai efektifitas untuk menekan bukan hanya mengendalikan angka inflasi tersebut.
Merubah persentase pemakaian bahan baku impor dalam industri, mempersingkat atau melahirkan solusi baru terkait proses dan biaya distribusi. Mengontrol konsumtif masyarakat juga harus menjadi bagian dari strategi pemerintah dalam menekan angka inflasi. Serta, mengkaji ulang secara mendalam terkait dengan pajak yang diberlakukan negara Indonesia saat ini. Kemandirian ekonomi menjadi sebuah pekerjaan rumah yang sangat mendesak, namun bukan menjadi hal yang mudah bila tidak dilaksanakan dan dirancang dengan baik. Memprioritaskan kebutuhan masyarakat banyak dan bukan kebutuhan ataupun keuntungan sesaat bagi sekelompok masyarakat tertentu. (*)
One thought on “Analisis Ekonomi: Kemandirian Ekonomi Pekerjaan Rumah yang Sangat Mendesak”