Hakikat ilmu yang lain, kata Busyro, adalah transformasi, melakukan perubahan secara evolutif tapi sistemik dan bukan slogan kosong. “Tujuan pendidikan islam, tujuan pendidikan Muhammadiyah, mengantarkan mahasiswa untuk memiliki kesadaran amal saleh. perpaduan ilmu amaliah dengan amal ilmiah. Akan menghasilkan pejuang kebenaran dan keadilan ekonomi, politik, sosial, hukum, HAM, SDA, pendidikan dan demokrasi, serta keadilan kepemimpinan jujur, cerdas, tegas, religius,” kata dia.
Busyro lalu mengaitkan sambutannya dengan kondisi terkini di Indonesia. Dia menyitir sebuah laporan media massa di Indonesia yang menuliskan kekuatan ekonomi di Indonesia dikuasai hanya hanya oleh 50 orang saja. “Mengapa? Praktik yang berjalan di birokrasi kenegaraan karena kebijakan itu tidak didasarkan pada prinsip amal saleh, ilmu amaliah-amal ilmiah. Didasarkan hanya pada selera, selera yang menjabat, dijalankan manajemen selera. Jika negeri dipimpin manajemen selera yang terjadi adalah ketimpangan ekonomi,” tegas Busyro.
Busyro kemudian menyinggung even Pemilu 2024 mendatang. “Saatnya ke depan, dimulai 2024 mendatang, mudah-mudahan pemilunya tidak ditunda. Mudah-mudahan tidak ada perpu yang menunda pemilu sehingga terjadi perpanjangan kepresidenan. Itu kita doakan jangan sampai ditempuh oleh politisi indonesia. Di 2024, saatnya kita bersama-sama memprihatini, agar terjadi alih generasi, kepada generasi yang memiliki kualitas amal saleh tersebut. Amal saleh adalah amal yang bisa dirumuskan dengan jelas konsepnya,” ujar Busyro.
Busyro lalu menyitir AlQuran Surah Ibrahim ayat 24, 25, dan 26. Diterangkannya, para sarjana UMSU yang baik, dosen yang baik, civitas akademika UMSU yang baik, adalah seperti pohon yang baik. Akarnya kuat ke bawah, dan menjulang tinggi tangkai-tangkainya.
Tidak lupa, Busyro yang dikenal sosok yang tegas itu, menampilkan data-data angka koruptor 2004-2019. “Penjahat negara, koruptor, itu karena tidak memiliki kapasitas ilmu amaliah, amal saleh. Itu bukan angka terakhir. Kenapa angka ini saya tampilkan di acara wisuda ini, karena misi kuliah bukan sekadar untuk memenuhi kebutuhan pasar. Ketika pasarnya dikuasai oleh makelar-makelar yang membawa ideologi kapitalisme dan sebagainya, maka yang terjadi adalah ilmuwan-ilmuwan tukang. ilmuwan yang hanya mengandalkan bayaran. tidak mendapatkan gaji yang barokah,” tutur Busyro.
Busyro menambahkan, tidak ada orang tua yang tidak mau anaknya menjadi anak yang saleh, waladun sholeh. “Kepada orang tua. mana orang tua yang tidak mengingikan anaknya menjadi anak yang saleh. Waladun sholeh. Seperti apa? Kuat iman, ilmu, amal, dan mandiri, terbebas dari sikap pemanjaan dan kebergantungan pengaruh orang tua. Allah akan memberi posisi terhormat, yang unggul, kepada orang yang beriman, berilmu dan beramal saleh. Itulah muhammadiyah, karakter Islam,” kata Busyro. Busyro juga mengaku terharu pada tampilan persembahan kepada orang tua wisudawan/i yang digelar oleh UMSU. (*)
Laporan: Dhabit Siregar