Di Wisuda UMSU, M Busyro Muqoddas: Hakikat Ilmu Liberalisasi, Humanisasi, Transendensi, dan Transformasi – indhie.com

Di Wisuda UMSU, M Busyro Muqoddas: Hakikat Ilmu Liberalisasi, Humanisasi, Transendensi, dan Transformasi

Busyro mengingatkan Indonesia sedang krisis kepemimpinan, iman dan ilmu amaliah-amal ilmiah, serta misi dan tujuan-tujuan Perguruan Tinggi Muhammadiyah.
Dr Dr H M Busyro Muqoddas SH Mhum saat memberikan sambutan pada acara Wisuda UMSU periode I 2023 di Gedung Selekta, Selasa (4/7/2023). [foto: dok umsu/indhie]

MEDAN | Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Dr H M Busyro Muqoddas SH Mhum, menegaskan, hakikat ilmu adalah pemerdekaan manusia se-dunia dari kolonialisasi, menuju humanisasi, transendensi atau pengilahian tatanan dunia, dan transformasi.

“Syukur Alhamdulillah. dengan harapan mudah-mudahan para wisudawan terus menerus bisa mengembangkan ilmunya dan mengamalkan ilmunya sesuai dengan hakikat dan tujuan ilmu yaitu untuk pemerdekaan manusia sedunia dari kolinalisasi, baik kolonialisasi politik ekonomi budaya dan hukum dan sebagainya, menuju kepada humanisasi, pemanusiaan manusia sesuai fitrah atau keasilannya. dan tujuan terakhir adalah transendensi atau pengilahian tatanan dunia ini. Itulah hakikat ilmu,” kata Busyro dalam sambutannya pada acara Wisuda Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) periode I 2023 di Gedung Selekta Jl Listrik Medan, pada Selasa (4/7/2023).

Busyro menyampaikan sambutannya itu yang dikemas dengan judul “Perguruan Muhammadiyah sebagai Penyemaian Pemimpin Keadilan Kemanusiaan” di hadapan Rektor UMSU Prof Agussani MAP, Ketua PW Muhammadiyah (PWM) Sumut, Prof Hasyimsyah Nasution; Sekretaris dan Wasek PWM, Drs Irwansyah MA dan Muthallib MM; PW Aisyiyah Sumut; Kepala LLDikti, Prof Syaiful Anwar Matondang; Koordinator Kopertais Wil X Sumut, BPH UMSU, Senat UMSU, dan para orang tua wisudawan. Seperti diketahui, UMSU mewisuda 1.276 lulusan pada saat itu.



Buysro menekankan, bahwa misi PTM adalah kaderisasi ilmuwan kemanusiaan universal. Kaderisasi adalah kata kunci karena sunnatullah. bahwa yang memimpin negeri ini adalah orang-orang yang seharusnya memiliki kemampuan energi dan energi yang terpenting adalah kemampuan ilmu. “Misi itu untuk mencapai hakekat kemanusiaan sebagai makhluk spiritual, intelektual dan mempunyai kebebasan kehendak kepemimpinan,” kata Busyro.

Menurut Busyro, saat ini Indonesia hidup dalam krisis kepemimpinan. “Hari ini, jam ini, siapa yang akan bisa membantah bahwa kita sedang hidup di negeri yang sedang menghadapi kebutuhan kepemimpinan yang hakiki, yang otentik, yang fitri. Hari ini kita sedang berada dalam situasi, maaf, krisis kepemimpinan, kepemimpinan hakiki yang berdasarkan kejujuran, kepandaian, kemerakyatan yang tidak dibuat-buat, yang asli, yang berpihak kepada rakyat, berpihak kepada bangsanya sendiri. Itu krisis. Muhammadiyah membaca krisis ini, dan salah satu cara yang dilakukannya adalah memperkuat basis kenegaraan, basis kebangsaan, yaitu memerlukan SDM melalui perguruan tinggi. Itu jawaban Muhammadiyah, konkrit, nyata dan bermanfaat. Di kala sebagian orang hanya bermain-main di ranah narasi, tinggi, melangit, sehingga ada tagline, narasi tanpa implementasi dan aktualisasi adalah halusinasi,” tegas mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) ini.

Ditambahkan Busyro, Muhammadiyah tidak berhalusinasi. “Muhammadiyah konkrit, narasinya ialah ilmu yang integratif dengan iman. Dan itu diwujudkan dengan proses nyata. Salah satu buktinya adalah UMSU dengan prestasi yang tadi sudah kita saksikan bersama-sama. Salah satu buktinya saja. Belum yang lain-lain,” kata Busyro.

(lanjut baca: transformasi, pemilu 2024…)