BEIRUT | Ledakan superbesar mengguncang ibukota Lebanon, Beirut, pada Selasa (4/8/2020) waktu setempat. Pusat Geosains Jerman, GeoForschungsZentrum (GFZ), memerkirakan kekuatannya setara dengan gempa berkekuatan 3,5 skala Richter (SR). Suara ledakan juga diinformasikan terdengar hingga 200 km.
Demikian seperti dilansir dari AssociatedPress, pada Rabu (5/8/2020). Hingga berita ini ditulis, dikabarkan ada 76 korban meninggal dan lebih dari 3 ribu orang luka-luka.
Ledakan besar itu kontan meratakan banyak bangunan di kawasan pelabuhan tersebut. Dampak ledakan juga merusak gedung-gedung di kawasan ibukota lainnya. Di sekitar kawasan pelabuhan, penduduk yang terluka melewati jalan-jalan yang dipenuhi dengan mobil yang terbalik dan puing-puing bangunan yang hancur berserakan.
Menteri Dalam Negeri Lebanon, Muhammad Fahmi, mengatakan kepada sebuah stasiun TV lokal, ledakan itu disebabkan meledaknya lebih dari 2.700 ton amonium nitrat yang disimpan di sebuah gudang di dermaga sejak disita dari sebuah kapal kargo pada tahun 2014. Awan oranye muncul ketika gas nitrogen dioksida beracun dilepaskan setelah ledakan nitrat tersebut.
Sedangkan Menteri Kesehatan, Hassan Hamad, mengatakan. jumlah korban jiwa lebih dari 70 meninggal dan lebih dari 3.000 terluka. Dia menambahkan, rumah sakit hampir tidak dapat mengatasi dan tawaran bantuan mengalir dari negara-negara Arab dan teman-teman Libanon.
Sementara itu, Gubernur Beirut, Marwan Abboud, menangis saat dia berkeliling kawasan yang terdampak ledakan. “Beirut adalah kota yang hancur,” seru dia.
Di tempat lain, Perdana Menteri Hassan Diab, langsung bersumpah bahwa mereka yang bertanggung jawab akan membayar.
Ledakan itu terjadi di tengah ketegangan yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok militer Hizbullah di perbatasan selatan Lebanon. Banyak warga melaporkan mendengar pesawat di atas kepala tepat sebelum ledakan, memicu desas-desus tentang serangan, meskipun sering terjadi serangan berlebihan oleh militer Israel. Namun, seorang pejabat pemerintah Israel yang tak mau disebut namanya, kontan mengatakan Israel “tidak ada hubungannya” dengan ledakan itu. (*)