Donald Trump menyatakan, Arab Saudi akan hancur dalam waktu dua minggu kalau Amerika tidak melindungi mereka. Saudi membalas, mereka membayar atas keamanan negeri mereka.
Penulis: Nirwansyah Putra
Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, menyentil hubungannya dengan Arab Saudi. Trump mengatakan, Arab Saudi akan hancur dalam waktu dua minggu kalau AS tidak melindungi mereka. Namun, Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammad bin Salman, menjawab, mereka membayar atas keamanan negeri mereka.
“Kita melindungi Arab Saudi. Bukankan mereka negeri yang kaya? Dan saya mencintai raja (mereka), Raja Salman. (Aku katakan kepadanya) Raja, kami melindungi Anda. Anda tak akan mampu bertahan di sana selama dua minggu tanpa kami. Anda harus membayar untuk militer Anda,” kata Donald Trump di Southaven, Mississipi, pada Selasa (2/10/2018) kemarin.
Sebelumnya, ketika berpidato di Majelis Umum PBB pada Selasa (25/9/2018) kemarin, Trump juga menyentil Arab Saudi seiring tingginya harga minyak yang dituduhnya dibuat oleh OPEC, di mana Arab Saudi merupakan pemimpin de facto-nya dan pengekspor minyak terbesar dunia.
“Kami mempertahankan banyak negara ini (tapi) tidak menghasilkan apa-apa, dan kemudian mereka mengambil keuntungan dari kami dengan memberi kami harga minyak yang tinggi. Tidak baik. Kami ingin mereka berhenti menaikkan harga, kami ingin mereka mulai menurunkan harga,” kata Trump.
Menanggapi sentilan Trump ini, Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammad bin Salman, mengatakan, mereka tidak akan membayar apapun untuk pertahanan (negeri) mereka. “Kami yakin bahwa peralatan militer yang kami dapat dari Amerika Serikat dibayar, itu bukanlah peralatan yang gratis,” kata dia.
Meski demikian, Mohammad bin Salman, menerima ucapan Trump itu dan masih menganggap Amerika adalah teman Arab Saudi. “Anda mesti menerima kalau teman manapun dapat berbicara yang baik dan buruk. Jadi, Anda tak akan menemukan teman yang akan berkata 100% hal yang baik-baik tentang Anda, bahkan di tengah-tengah keluarga Anda sendiri. Akan ada beberapa kesalahpahaman. Jadi, kami menanggapi (ucapan Trump) itu, dalam kategori tersebut,” terang Mohammad bin Salman dalam wawancara dengan Bloomberg di Riyadh pada Rabu (3/10/2018) dan pada Jumat (5/10/2018). “Hubungan baik kami 99%, sementara hal ini (sentilan buruk Trump), hanya 1%.”
Menurut dia, Arab Saudi telah memutuskan untuk memperbesar peralatan militer mereka lebih dari 60% dari AS selama 10 tahun mendatang. Kerajaan Saudi telah setuju untuk membeli 110 Juta dolar AS persenjataan dari AS dan investasi sekitar 400 Juta Dolar AS sejak 2017 lalu. “Termasuk dalam perjanjian ini yaitu sebagian persenjataan itu akan dikerjakan di Arab Saudi sehingga ini akan membuat lapangan pekerjaan untuk AS dan Arab Saudi, (Ini) perdagangan yang bagus, keuntungan yang bagus bagi kedua negara dan juga berdampak bagi pertumbuhan ekonomi. Plus, ini akan membantu pertahanan kami,” terang Mohammad bin Salman.
Namun, persenjataan Arab Saudi tidak dari AS. Tahun lalu, Saudi juga menjalin kerjasama dengan Afrika Selatan dan Rusia. Pada Maret 2017 lalu, Saudi telah setuju membeli S-400 Triumf, rudal jarah jauh Rusia; Kornet-M, peluncur roket Tos-A1, peluncur granat AGS-30 dan senjata Kalashnikov AK-103.
Di lain pihak, Mohammad Javad Zarif, Menteri Luar Negeri Iran, mengatakan, Presiden Trump telah berulang kali mempermalukan orang-orang Saudi dengan mengatakan (Saudi) tidak bisa bertahan dalam 2 minggu tanpa dukungannya. Menurutnya, ini adalah pembalasan atas suatu khalayan bahwa keamanan seseorang dapat dialihdayakan. “Kami kembali mengulurkan tangan kami kepada tetangga kami (Saudi), mari kita membangun wilayah yang kuat, dan hentikan kesombongan ini,” kata Zarif di Iran, Kamis (4/10/2018). (*)
sumber: bloomberg, cnbc, cnn, presstv, rt