KANADA | Meski Malala Yousafzai meraih Nobel Perdamaian, namun Malala mesti membuka jilbabnya bila ingin mengajar di Provinsi Quebec, Kanad. Demikian kata Menteri Pendidikan Quebec, Jean-Francois Roberge, seperti dilansir dari situs berita Anadolu Agency pada Ahad (7/7/2019) kemarin.
Dalam Undang-undang 21 yang diterapkan Provinsi Quebec, disebutkan larangan bagi pegawai pemerintah mengenakan simbol agama ketika berhadapan dengan masyarakat, termasuk guru, perawat, dan sopir bus.
Sebelumnya, pada Jumat (5/7/2019), Jean-Francois Roberge memposting foto di akun twitternya yang memperlihatkan dirinya berfoto dengan Malala, aktivis perempuan dan pendidikan dari Pakistan itu. Seperti diketahui, Malala merupakan warga kehormatan Kanada. Foto itu diambil sewaktu mereka berdua menghadiri pertemuan G-20 di Perancis.
Seorang netizen langsung bertanya ke Roberge. “Tuan Roberge, bagaimana tanggapan Anda jika Nyonya Yousafzai ingin menjadi guru di Quebec?”
Roberge menjawab pertanyaan itu dengan mengatakan, “hal itu akan menjadi kehormatan besar jika Malala mengajar di Quebec, tetapi seperti di negara-negara terbuka dan toleran lainnya, para guru tidak bisa memakai simbol agama ketika mereka menjalankan fungsi mereka.”
Statemen Roberge ini jelas membuat tuduhan rasis, tidak adil, dan munafik langsung dialamatkan ke Roberge. Apalagi, pembicaraan dalam foto antara Roberge dan Malala, justru tentang akses pendidikan.
Terkait ini, Asosiasi Kebebasan Sipil Kanada dan Dewan Nasional Muslim Kanada telah berusaha untuk mengajukan judicial review terhadap Undang-undang 21. UU ini dinilai secara tidak adil menargetkan wanita muslim. (*)
sumber: anadolu agency