Kawasan Lapangan Merdeka Medan, Titik Nol yang Kian Renta – www.indhie.com
Skip to content
Rabu, 22 Januari 2025
  • Dapur
  • Usaha
  • Donasi
  • indhie | catatannami
  • Kirim Info
  • Privacy Policy
  • Masuk
www.indhie.com
  • INDHIE
  • LATAR
  • JEJAK
  • INDRA
  • TUTUR
  • LAKON
  • KISAH
  • POTRET
  • PENA
  • BAIT
  • INDEKS

Kawasan Lapangan Merdeka Medan, Titik Nol yang Kian Renta

Kawasan Lapangan Merdeka adalah Titik Nol Kota Medan. Pertimbangannya, kawasan itu dulu menjadi sentra kegiatan dari perdagangan, pemerintahan, kantor pos, stasiun kereta api hingga hotel pertama di Kota Medan. Lapangan yang dulu bernama Esplanade ini sempat dijuluki “Taman Burung” oleh Belanda dan “Fuku Raidu” oleh Jepang. Pada 6 oktober 1945, Mr Muhammad Hasan sebagai Gubernur Sumatra Timur mengumumkan kemerdekaan RI kepada seluruh masyarakat Kota Medan di tempat itu. Sejak itu, namanya berubah menjadi Lapangan Merdeka.
Terbit: Sabtu, 1 September 2018Senin, 17 Januari 2022
Kawasan Lapangan Merdeka Medan, Sumatera Utara, tempo dulu. (foto: repro koleksi Muhammad TWH)

LAPANGAN Merdeka bak memori yang terselip-selip di bagian ujung ingatan warga kota Medan. Memori itu mungkin saja menguak kuat bila berada di ujung Jalan Raden Saleh dan menatap langsung ke Gedung Jakarta Lloyd. Gedung ini dulunya adalah kantor perusahaan pelayaran The Netherlands Shipping Company dan sempat menjadi Kantor Rotterdam’s Lloyd.

Di seberangnya berdiri pula Gedung PT London Sumatera Indonesia yang juga sering disebut Gedung Juliana. Gedung ini dulu dipunyai oleh Harrison & Crossfield, sebuah perusahan perkebunan milik Inggris. Di sebelah kanannya, Gedung Bank Bumi Daya dan Gedung Bank Exim yang di masa silam dipunyai The Netherlands Trading Company atau Nederlandsche Handel Maatschappij (1929).



Tentu, yang tak boleh dilupakan adalah gedung bersejarah bernama Balai Kota Medan yang kini hanya menyisakan bagian depannya saja. Balai Kota telah berubah menjadi Hotel Grand Aston. Di belakangnya menjulang gagah Bank of China.

Di sebelah kiri Balai Kota ada Gedung Bank Indonesia (dulu bernama Javasche Bank). Gedung ini dibangun pada tahun 1910 oleh asosiasi Hulswit and Fermont dari Weltevreden and Ed Cuypers dari Amsterdam. Tepat di sebelahnya, berdiri gagah hotel pertama di Kota Medan yaitu Hotel de Boer, yang saat ini lebih dikenal sebagai Hotel Darma Deli.

Di depan itu semua, di samping Lapangan Merdeka Medan, berdirilah Gedung Kantor Pos Besar Medan. Gedung yang didirikan tahun 1909-1911 oleh seorang bernama Snuyf  dan diketahui pernah menjabat sebagai Direktur Jawatan Pekerjaan Umum Belanda untuk Indonesia. Di sebelahnya, bertapak gedung Witte Societet (1886).

Jajaran antik itu juga dulu yang pernah membuat istilah “Paris Van Sumatra” sempat singgah ke Kota Medan. (baca juga: Saat Medan Berjuluk Paris van Sumatra)

* * *

(bersambung…)

Pages: 1 2 3
Tagged #feature, #indra, Lapangan Merdeka, Medan

Baca Juga...

  • Indra

Saat Medan Berjuluk Paris van Sumatra

  • Jumat, 31 Agustus 2018

4 thoughts on “Kawasan Lapangan Merdeka Medan, Titik Nol yang Kian Renta”

  1. Pingback: Paris van Sumatra, Masa Lalu Kota Medan – indhie
  2. Pingback: Saat Medan Berjuluk Paris van Sumatra – indhie
  3. Pingback: Akhyar Nasution Mau Buat Kesawan Medan Seperti Malioboro – indhie
  4. Pingback: GP Al-Washliyah Sumut Datangi Akhyar, Rencana Datangkan Ustadz Somad – indhie

Leave a Reply Cancel reply

You must be logged in to post a comment.

INDEKS- indhie

indeks

Kuliah Umum di UMSU, Prof. Din Syamsuddin: “Wasatiyyat Islam Cegah Ekstrimisme.”

  • Rabu, 15 Januari 2025

Dibarengi MoU antara UMSU dan Bank Danamon Syari’ah.

Hidangan…

  • Jumat, 10 Januari 2025

... tidaklah ada hidangan yang cuma-cuma.

Rawan Curanmor di Parkiran Kalasan Iskandar Muda Medan, Restoran Tak Mau Tanggung Jawab

  • Kamis, 9 Januari 2025

Korbannya karyawan sendiri.

Isunya Patrick Kluivert, Erick Thohir: Pelatih Timnas Indonesia dari Belanda

  • Senin, 6 Januari 2025

Isunya Patrick Kluivert

BANYAK DIBACA

  • jenderal-nasutionAbdul Haris Nasution, Gerilya Menyelamatkan Indonesia Rabu, 26 September 2018
  • mayat-sambuMayat Tak Dikenal, Dua Batang Rokok dan Sebuah Kacamata Senin, 22 Juli 2019
  • SaidurrahmanUINSU Menjadi Universitas Kelas Dunia di 2045 Kamis, 17 Oktober 2019
  • Yudhistira-IWO-PolriDiduga Terima Gratifikasi dari Ferdy Sambo, Dewan… Selasa, 6 September 2022
  • mongolBayt al-Hikmah di Baghdad pun Hancur… Kamis, 19 Juli 2018
  • aqsa1Yerusalem: Maju di Tangan Islam, Hancur di Tangan Israel Selasa, 28 Agustus 2018
  • ahmad-dahlanMuhammadiyah, Konteks Kelahiran dalam Sebuah Versi Selasa, 28 Agustus 2018

Bait

Hidangan…

Jumat, 10 Januari 2025

Prabowo Subianto: Rakyat Tidak Bodoh

Jumat, 3 Januari 2025
Mesin tik lama. [foto: indhie]

Sabar

Sabtu, 28 Desember 2024

Telan Rp510 Miliar, Proyek Stadion Teladan Belum Juga Selesai

Rabu, 25 Desember 2024
Prabowo Subianto dan Presiden Mesir, Abdul Fattah El-Sisi

Presiden Prabowo ke Mesir, Kunjungi Sahabat yang Pertama Akui Kemerdekaan Indonesia, Ini Sejarahnya…

Kamis, 19 Desember 2024

Medan, Baron Ludwik Michalski dan Polonia-nya

Rabu, 24 Juli 2024

Wahai Tuan yang Malang, Berhati-hatilah…

Rabu, 17 Juli 2024

Wahai Pencela, Malang Nian Dirimu…

Selasa, 16 Juli 2024

Penjual dan Pembeli Sihir

Sabtu, 13 Juli 2024

Kau Hanya Seorang Anu…

Jumat, 12 Juli 2024

Berita – Artikel

indeks

Kuliah Umum di UMSU, Prof. Din Syamsuddin: “Wasatiyyat Islam Cegah Ekstrimisme.”

  • Rabu, 15 Januari 2025

Dibarengi MoU antara UMSU dan Bank Danamon Syari’ah.

Hidangan…

  • Jumat, 10 Januari 2025

... tidaklah ada hidangan yang cuma-cuma.

Rawan Curanmor di Parkiran Kalasan Iskandar Muda Medan, Restoran Tak Mau Tanggung Jawab

  • Kamis, 9 Januari 2025

Korbannya karyawan sendiri.

Isunya Patrick Kluivert, Erick Thohir: Pelatih Timnas Indonesia dari Belanda

  • Senin, 6 Januari 2025

Isunya Patrick Kluivert

tentang INDHIE

  • Dapur
  • Usaha
  • Donasi
  • indhie | catatannami
  • Kirim Info
  • Privacy Policy
  • Masuk

INDHIE | catatannami

indhie bukanlah “media online” yang benar-benar baru, demikian juga mereka yang aktif di sini (yang kelihatan maupun tidak). Bagi kami, dunia jurnalistik adalah sebuah gairah, atau mungkin juga hobi yang mengasyikkan. Dia tak melulu ada dalam konsepsi sebuah pekerjaan dan profesi.

~ www.indhie.com

Instagram Twitter Youtube Facebook
Copyright © 2025 www.indhie.com