Low Tuck Kwong, Menambang Uang dari Batu Bara Indonesia – indhie.com

Low Tuck Kwong, Menambang Uang dari Batu Bara Indonesia

Orang terkaya ke-3 di Indonesia, pemilik Bayan Resources yang bermain di industri tambang batu bara di Indonesia.
Low Tuck Kwong, pemilik Bayan Resources. [foto-foto: net & dok bayan resources]

LOW Tuck Kwong disebut sebagai orang terkaya ke-3 di Indonesia versi Forbes. Namanya nangkring di posisi itu setelah Prajogo Pangesto (pemain besar petrokimia) dan duo Hartono (Budi Hartono dan Bambang Hartono) pemilik Djarum dan BCA.

Kekayaan Kwong pada Forbes Real Time per 20 Juli 2024 ditaksir mencapai US$24,6 miliar atau Rp397,5 triliun lebih (kurs tengah Rp16.160/US$). Nilai ini turun “sedikit” dari data 2023 lalu yang mencapai US$27,2 miliar. Dalam daftar itu, Kwong juga merupakan orang terkaya ke-80 dunia.

Kwong awalnya adalah warga Singapura. Dia lahir di sana pada 17 April 1948. Mulanya Kwong bekerja di perusahaan konstruksi milik ayahnya di Singapura. Kemudian dia pindah ke Indonesia dan berganti kewarganegaraan menjadi Warga Negara Indonesia (WNI) pada 1972.

Di Indonesia, Kwong kemudian mendirikan PT Jaya Sumpiles Indonesia (JSI) sebagai kontraktor pekerjaan tanah, pekerjaan umum, dan struktur kelautan pada 1973. Perusahaan ini disebut-sebut sebagai perintis dalam pekerjaan fondasi tumpuk (pile foundation). Pada 1988, JSI merambah ke industri batu bara dengan menjadi kontraktor tambang. Lantas pada 1998, Kwong membeli PT Gunung Bayan Pratamacoal (GBP) dan PT Dermaga Perkasapratama (DPP). Tambang GBP berlokasi di Muara Tae, Kalimantan Timur.

Dari industri tambang batu bara inilah kekayaan Kwong melonjak deras. Kwong merupakan pendiri, pemilik, dan Presiden Direktur PT Bayan Resources, pemain terbesar industri batu bara di Indonesia. Saham Kwong di perusahaan itu sebesar 61,06%.



Dalam Laporan Tahunan Bayan Resources 2023, disebutkan, pendapatan perusahaan mencapai US$3,58 miliar, laba US$1,63 miliar, dan total aset US$3,44 miliar. Kapitalisasi pasar Bayan Resources di paruh ke-4 2023 mencapai Rp663,3 triliun.

Pada 2023, Bayan mencapai rekor produksi sebesar 49,7 juta MT (lebih tinggi 27,8% dari tahun sebelumnya 2022 sebesar 38,9 juta MT. Di 2023 itu, penjualan Bayan mencapai 47,2 juta MT, naik 18,3% dari 2022. Harga jual rata-rata batubara Bayan pada 2023 adalah US$75,8/MT. Bayan memprediksi, pada 2024 produksi mereka akan digenjot hingga 55-57 MT dengan perkiraan pendapatan antara US$3,3 miliar – US$3,6 miliar. Di 2026, Bayan menargetkan dapat memproduksi 60 juta MT.

Bayan Resources memiliki hak eksklusif tambang batu bara melalui 5 anak perusahaannya yang memegang Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) dan 13 anak perusahaan yang memegang Izin Usaha Pertambangan (IUP) dengan total area konsesi seluas 107.087 hektar. Lokasinya berada Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan. Sebanyak 4 proyek pertambangan aktif berproduksi, yaitu proyek PT Wahana Baratama Mining (WBM), PT Perkasa Inakakerta (PIK), PT Teguh Sinarabadi (TSA) dan PT Firman Ketaun Perkasa (FKP), serta PT Bara Tabang. Tambang GBP yang dulu dibeli Kwong pada 1998, pada 2023 lalu sedang tidak beroperasi karena Bayan berkonsentrasi ke Tabang.

Terkait tambang ini, Bayan Resources juga memiliki anak perusahaan yang bergerak di bidang pengelolaan pelabuhan, pengiriman, jasa penambangan atau kontraktor tambang, investasi dan penyedia tenaga listrik.

Aktivitas tambang dan pengangkutan batubara Bayan Resources. [foto-foto: dok bayan resources]
Proyek Tabang yang mulai beroperasi komersil sejak 2009 merupakan pundi utama Kwong, sekitar 80% dari total produksi Bayan. Tabang merupakan gabungan dari 3 perusahaan tambang yaitu PT Fajar Sakti Prima (FSP), PT Bara Tabang (BT) dan PT Brian Anjat Sentosa (BAS). Tambang Tabang yang berlokasi sekitar 180 kilometer di barat laut Samarinda dan di Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur mempunyai produksi terbesar yang mencapai 43,8 juta MT pada 2023.

Bayan mengangkut sendiri batu bara mereka ke pelabuhan milik mereka, Terminal Batubara Balikpapan (Balikpapan Coal Terminal/BCT) yang terletak di Kalimantan Timur. BCT diproyeksikan menjadi terminal batubara terbesar di Indonesia dengan kapasitas penanganan lebih 45 juta MT/tahun. Selain itu, Bayan juga memiliki fasilitas lain seperti Floating Transhipment Facility (KFT) untuk mengangkut batubara.

Selain batubara dan bisnis lainnya, kekayaan Kwong juga diraup dari Metis Energy Ltd di Singapura. Metis sempat dikomandoi oleh anaknya, Low Yi Ngo selama 2011-2022. Kini, Low Yi Ngo ditarik menjadi Direktur Penjualan dan Pemasaran Bayan.

Dengan pasokan batubara serta permintaan ekspor batubara di masa depan, pundi-pundi Kwong diprediksi juga kian lancar. Dalam industri batu bara dunia, China merupakan tujuan ekspor utama. Sebesar 54% konsumsi batu bara dunia pada 2022 disedot negara tirai bambu tersebut. (*)


laporan: nirwansyah putra
sumber: berbagai sumber