Indonesia Paling Boros Pangan Nomor Dua di Dunia

JAKARTA | Berdasar data Badan Pangan Nasional (Bapanas), Indonesia adalah negara nomor dua di dunia dengan tingkat boros pangan atau Food Loss and Waste (FLW). Dalam hal itu, Indonesia hanya dikalahkan oleh Arab Saudi. Secara global, sebanyak 1,3 miliar ton makanan terbuang setiap tahun. Khusus untuk Indonesia, timbunan FLW pada 2000 hingga 2019 mencapai 23-48 juta ton/tahun.

Karena itu pula, Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Muhammad Tito Karnavian, meminta kepala daerah untuk mengampanyekan Stop Boros Pangan kepada masyarakat.

Demikian dikatakan Tito dalam Rapat Koordinasi (Rakor) Pengendalian Inflasi Daerah di Gedung Sasana Bhakti Praja (SBP), Kantor Pusat Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), Jakarta, pada Selasa (6/6/2023), seperti dilansir dari laman resmi kemendagri. “Kita termasuk negara nomor dua setelah Saudi. Ini mungkin informasi yang menarik, tapi kami kira kita perlu merumuskan nanti badan pangan pemerintah pusat perlu merumuskan kampanye mengenai Stop Boros Pangan ini,” kata Tito.

Dalam pandangan Mendagri, kampanye Stop Boros Pangan saat ini belum sepenuhnya dipahami oleh masyarakat Indonesia. Untuk itu, Pihaknya meminta kepada pemerintah pusat dan daerah agar melakukan tindakan dalam rangka menghemat pangan. “Supaya tidak terjadi pembuangan terbuang sia-sia,” tegas Tito.

Dalam kesempatan yang sama, Deputi I Bidang Ketersediaan dan Stabilitas Bapanas, I Gusti Ketut Astawa, memaparkan, secara global ada sebanyak 1,3 miliar ton makanan terbuang setiap tahun. Angka ini setara dengan 1/3 pangan yang diproduksi untuk dikonsumsi penduduk dunia. Khusus untuk Indonesia, timbunan FLW pada 2000 hingga 2019 mencapai 23-48 juta ton/tahun.

Seperti diketahui, food loss merujuk pada sampah makanan yang berasal dari bahan pangan seperti sayuran,buah-buahan atau makanan yang masih mentah, tetapi sudah tidak bisa diolah menjadi makanan yang akhirnya dibuang begitu saja. Sedangkan food waste adalah makanan yang siap dikonsumsi oleh manusia, tetapi juga dibuang begitu saja, sehingga menjadi sampah. (*)

Laporan: Harma Sinaga