MEDAN | Umat Islam diajak untuk terus mensyi’arkan Tahun Baru Islam 1445 H yang akan jatuh pada Rabu 19 Juli 2023 mendatang. Selain memeriahkannya, sektor pendidikan dan keluarga Islam dihimbau agar menghafalkan nama-nama bulan Islam ke anak-anaknya sejak kecil sehingga menjadi tradisi dan kebiasaan.
“Selama ini kita hanya meriah kalau ada peralihan tahun baru menurut kalender Gregorian. Padahal, umat Islam memiliki sendiri kalender Hijriyah. Perhitungan dan nama-nama bulan Hijriyah dalam Islam, merupakan sesuatu yang sudah ditentukan oleh Allah dalam Al-Quran dan diajarkan oleh Rasulullah Muhammad kepada kita,” tegas Ustadz Rafdinal SSos MAP, tokoh Islam sekaligus Wakil Ketua PD Muhammadiyah Medan, usai Pengajian Rutin PC Muhammadiyah Medan Helvetia di Masjid Taqwa Tanjung Gusta Sunggal, Deli Serdang, pada Ahad (16/7/2023).
Rafdinal lalu menyitir Al-Quran surah At-Taubah ayat 36: “Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah ialah dua belas bulan) (sebagaimana) ketetapan Allah (di Lauhulmahfuz) pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram…”; lalu surah Yunus ayat 5 yaitu “Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya. Dialah pula yang menetapkan tempat-tempat orbitnya agar kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan demikian itu, kecuali dengan benar….”
Karena itu, kata Rafdinal, para orang tua dan sekolah-sekolah diharapkan untuk mengajarkan dan menghafalkan nama dan susunan bulan-bulan Islam ke anak-anaknya, apakah di institusi pendidikan maupun di rumah masing-masing. “Ayat Al-Quran sudah begitu jelas dan gamblang, tinggal kita sekarang terus meneliti, mengembangkan hikmah dan ilmu pengetahuan di balik itu semua, dan menjalankannya,” kata Rafdinal yang juga dikenal sebagai akivis Reformasi 1998 dan kini akan maju sebagai Calon DPD RI 2024-2029 ini.
Mengambil tema pengajian dengan “Menyambut Tahun Baru 1445 H”, Rafdinal menegaskan, permulaan kalender yang ditetapkan di masa pemerintahan Khalifah Umar ibn Khattab mengambil peristiwa Hijrah Nabi Muhammad dari Makkah ke Madinah. “Peristiwa hijrah itu adalah salah satu peristiwa yang sangat penting dalam Islam. Karena itu, kita harus menggunakan dan mensyi’arkannya,” kata Rafdinal.
Selain menggunakannya, Rafdinal juga menegaskan agar hikmah di balik diambilnya peristiwa itu juga diresapi oleh umat Islam. “Penanggalan sangat penting. Bukan hanya untuk ibadah semata, melainkan juga untuk sektor politik, sosial, ekonomi, sejarah, hingga budaya dalam Islam,” tutur Rafdinal yang Ketua Forum Wilayah Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak Wilayah Sumut (2013– 2023) dan Presidium Lintas Exponen Aktivis 98 Sumut ini.
Rafdinal juga menyarankan, agar umat Islam bersatu dalam satu kesatuan ummah agar dapat menggunakan kalender penanggalan Islam. “Minimalkan perbedaan, utamakan musyawarah, dan ukhuwah Islamiah. Kuasai ilmu pengetahuan dan teknologi dengan berbasis tauhid sehingga manusia tidak membuat kerusakan di muka bumi. Islam sebagai rahmatan lil alamin adalah proses, cita-cita, dan tujuan kita semua,” kata Rafdinal. (*)
Laporan: Harma Sinaga