Abyadi Siregar: Evaluasi Total Manajemen Bandara Kualanamu

Pimpinan level atas PT APA mesti bertanggung jawab.

Kemudian, masih dikatakan Abyadi, mestinya tidak ada ruang kosong selebar 50 centimeter dari lantai pintu lift nonakses keluar yang dapat membuat orang terperosok. “Indikator lainnya di dalam ruang lift tidak ada terlihat informasi penggunaan lift. Ini terlihat sederhana tapi penting. Sebab, akibat ketiadaan informasi ini, korban tidak faham menggunakan lift itu, korban jadi membelakangi pintu akses keluar dan merasa terjebak karena pintu lift didepannya tidak terbuka,” kata Abyadi.

Menurut Abyadi, itulah yang diduga menyebabkan korban kemudian membuka pintu lift di depannya dengan paksa dan langsung melangkah saat pintu terbuka sehingga ia terperosok dan jatuh ke lantai dasar. “Kemudian, tombol-tombol emergency di dalam lift juga tidak berfungsi. Baik itu tombol emergency calling maupun tombol emergency lonceng,” imbuhnya.

Bahkan ironisnya, sebut Abyadi, berkaca dari insiden lift tersebut, pengelolaan pengaduan di Bandara Kualanamu sangat buruk. “Kompetensi sumber daya manusia di Bandara Kualanamu juga rendah, khususnya dalam menangani laporan pengaduan kehilangan orang atau barang sehingga korban baru ditemukan tiga hari setelah dilaporkan hilang. Itu pu setelah menimbulkan bau busuk,” sebut Abyadi.

Bobroknya manjemen bandara, terlebih unit pengelolaan pengaduan itu semakin tampak ketika keluarga melaporkan hilang kontak terakhir saat korban berada di dalam lift. Saat itu, korban menelpon keluarganya mengatakan ia terjebak di dalam lift.



Mestinya, kata Abyadi, petugas menindaklanjuti laporan itu dan memeriksa dengan memutar ulang rekaman cctv di dalam lift. “Yang hilang ini manusia. Jadi harusnya mereka tanggap, tapi mereka tidak sigap. Sepertinya mereka anggap sepele laporan orang hilang. Atau bahkan mungkin pandang enteng terhadap jiwa manusia,” lirih Abyadi.

Ironisnya lagi, ungkap Abyadi, pimpinan perusahaan pengelola bandara itu, baru mengetahui adanya laporan orang hilang pada 27 April, setelah penemuan mayat di kolong lift yang artinya 3 hari setelah kejadian.

“Jadi menurut saya, manajemen pengelola bandara jelek. Perlu dilakukan evaluasi total terhadap manajemen PT APA hingga ke pimpinan di level paling atas. Tak cukup hanya menonaktifkan personel. Itu belum menyentuh subtansi buruknya manajemen layanan di bandara. Sebab yang dipecat itu hanya kroco-kroco, hanya pelaksana dan petugas,” ungkap Abyadi.

Harusnya, kata Abyadi, yang mesti bertanggung jawab atas kejadian ini adalah pimpinan PT APA. Karena merekalah yang bertanggung jawab atas layanan keamanan, keselamatan dan kenyamanan penumpang maupun pengunjung di bandara.

(lanjutkan membaca…)

Cari di INDHIE