Pemilu Dianggap Curang, Militer Myanmar Kudeta

Jenderal Senior Min Aung Hlaing dan Aung San Suu Kyi. [foto: Soe Zeya Tun/reuters/theStar]

Militer Myanmar (Tatmadwa) mengambil alih kekuasaan negara dan pemerintahan Myanmar pada Senin (1/2/2021). Kekuasaan Myanmar sekarang berada di bawah kendali Panglima Militer Myanmar, Jenderal Senior Min Aung Hlaing. Militer juga menyatakan status darurat selamat satu tahun.

Dari situs reuters diperoleh informasi, Tatmadaw juga menangkap Presiden Myanmar, Win Mynt, dan penasehat negara sekaligus pemimpin partai berkuasa National League for Democracy (NLD), Aung San Suu Kyi. Mereka ditahan pada Senin (1/2/2021) dinihari.

Penangkapan dan kudeta ini sebagai reaksi militer atas kecurangan pemilihan umum pada November 2020. Militer juga menolak hasil pemilu tersebut. Militer menuduh ada jutaan pemilih palsu dalam pemilu dan menuntut penyelenggara pemilu Myanmar memberikan daftar pemilih akhir untuk diverifikasi. Untuk diketahui, dalam pemilu itu, partai NLD menang telak.



Ancaman kudeta ini sudah dinyatakan sebelumnya. Pada Kamis (28/1/2021), Jenderal Hlaing mengancam kudeta dalam dalam pidatonya yang diterbitkan koran yang dikelola militer, Myawady.

Selama ini, kekuasaan di Myanmar secara de facto dibagi antara sipil dan militer sejak perubahan konstitusi 2008 dan pemilu 2015 lalu. Ancaman kudeta diberikan tidak main-main, dengan target merebut kekuasaan total pemerintahan demi menangani krisis politik di Myanmar.

“Konstitusi 2008 adalah induk hukum dari semua hukum dan harus dihormati,” kata Jenderal Hlaing seperti dilansir AFP. Tapi, dia menengaskan, pencabutan konstitusi mungkin dilakukan dalam keadaan tertentu.

Namun, meski sudah diancam demikian, penyelenggara pemilu tidak mau merilis daftar pemilih akhir pemilu yang diminta militer tersebut. Militer menyatakan, daftar pemilih diperlukan untuk memeriksa ulang dugaan penyimpangan. Mereka menuding ada 8,6 juta pemilih palsu yang mengikuti pemilu Myanmar. Dan Jenderal Hlaing pun benar-benar melaksanakan ancamannya.

Jenderal Hlaing dikenal sebagai jenderal yang tidak banyak bicara namun bukan tipe penggertak sambal. Dia mulai terjun ke dunia politik saat kuliah jurusan hukum di Yangon University pada 1972-1974. Hlaing masuk ke sekolah militer, Defence Service Academy (DSA) pada 1974.

Dengan tipe orang yang minus publikasi, karir militernya berjalan “diam-diam” sehingga kemudian banyak yang terkejut ketika dia berhasil mengambil alih kepemimpinan militer pada 30 Maret 2011. Dan Hlaing kini menjadi penguasa di Myanmar. (*)

Bagikan:

Cari di INDHIE