Apa Pengertian Resesi Ekonomi?

Managing Director IMF, Michel Camdessus, sambil bersedekap memandang Presiden Indonesia Soeharto menandatangani dokumen Letter of Intent (LoL) IMF di Cendana, Jakarta pada 15 Januari 1998. [Foto: newstatesman.com]

PANDEMI Covid-19 di sepanjang 2020 ini telah membawa dampak ikutan pada ekonomi. Dalam statemen-statemen pejabat pemerintahan global maupun di Indonesia yang kemudian dikutip dalam pemberitaan saat-saat ini, disebut-sebut dunia dan Indonesia “akan” masuk dalam resesi ekonomi. Apa maksud dari resesi ekonomi?

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), versi web, mengartikan resesi sebagai kelesuan dalam kegiatan dagang, industri, dan sebagainya (seolah-olah terhenti); menurunnya (mundurnya, berkurangnya) kegiatan dagang (industri): telah menimbulkan pengangguran di negara-negara industri; kelesuan ekonomi.

Sedangkan kamus Merriam Webster mengartikannya dengan periode berkurangnya aktivitas ekonomi. Resesi berbeda dengan istilah lain yaitu “depresi ekonomi”. Menurut sebuah artikel di kamus Merriam Webster online, resesi adalah tren penurunan dalam siklus bisnis, yang ditandai dengan penurunan produksi dan lapangan kerja. Tren ini menurunkan pendapatan dan pengeluaran rumah tangga, yang akibatnya menyebabkan banyak bisnis dan rumah tangga menunda melakukan investasi atau pembelian besar.

Sedangkan depresi adalah penurunan besar (jauh lebih parah daripada tren penurunan) dalam siklus bisnis; yang ditandai dengan penurunan tajam produksi industri, meluasnya pengangguran, penurunan serius atau berhentinya pertumbuhan konstruksi, dan penurunan besar dalam perdagangan internasional dan pergerakan modal.

Perbedaan lain antara resesi dan depresi, selain tingkat keparahan dan efek masing-masing, adalah bahwa resesi mungkin terbatas secara geografis (terbatas pada satu negara), sedangkan depresi (seperti Depresi Besar tahun 1930-an) dapat terjadi di banyak negara.



Di Amerika Serikat (AS), definisi resesi ekonomi misalnya diberikan oleh Business Cycle Dating Committee dari National Bureau of Economic Research (NBER), sebuah lembaga swasta nirlaba yang banyak dikutip dan diikuti. Komite ini tidak mendefinisikan resesi hanya pada terjadinya penurunan Produk Domestik Bruto (PDB) riil dalam dua kuartal berturut-turut. Dua kuartal ini umumnya banyak dipakai oleh media-media di AS. Sebaliknya, menurut NBER, resesi adalah penurunan aktivitas ekonomi yang signifikan yang tersebar di seluruh (sektor) ekonomi, berlangsung lebih dari beberapa bulan, biasanya terlihat dalam PDB riil, pendapatan riil, lapangan kerja, produksi industri, dan penjualan grosir-eceran.

Sementara di Inggris, meski belum ada kesepakatan definitif mengenai resesi, namun secara umum diartikan sebagai terjadinya konstraksi (pertumbuhan ekonomi negatif) dalam dua kuartal atau lebih berturut-turut dalam PDB nasional.

Demikian juga dengan International Monetary Fund (IMF). Dalam situs resmi IMF, sebuah artikel berjudul Recession: When Bad Times Prevail yang ditulis Stijn Claessens dan M Ayhan Kose (keduanya Asisten Direktur Riset IMF), juga dikatakan, tidak ada definisi resmi tentang resesi. Tetapi menurut mereka, ada pengakuan umum bahwa istilah tersebut mengacu pada periode penurunan aktivitas ekonomi. Periode penurunan yang sangat singkat tidak dianggap sebagai resesi.

Dituliskan mereka, sebagian besar komentator dan analis menggunakan penurunan dua kuartal berturut-turut dalam PDB riil (yang disesuaikan dengan inflasi) suatu negara —nilai semua barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara. Mereka mengatakan, definisi itu bersifat praktis saja. Namun, meski definisi praktis itu mempunyai kegunaan, ia juga memiliki kekurangan. Menurut mereka, hanya berfokus pada PDB tidak cukup dan seringkali lebih baik untuk mempertimbangkan serangkaian ukuran kegiatan ekonomi yang lebih luas untuk menentukan apakah suatu negara benar-benar mengalami resesi. (*)

Cari di INDHIE

Be the first to comment

Leave a Reply