Megawandi selaku Ketua Ikatan Ahli Perencanaan Sumatera Utara mengakui, dalam proses perencanaan pembangunan aspek lingkungan hidup menjadi aspek yang paling penting dalam untuk dilihat. “Ada banyak aturan terkait hal ini, dari perundang-undangan hingga aturan teknis lainnya. Jadi kita terkadang kita berkerja dalam memberikan rekomendasi juga mengacu pada aturan-aturan tersebut. Jika ada yang terlanggar, biasanya kami tidak memberikan rekomendasi. Jika masih terus dilanjutkan tentu kami tidak bisa ikut andil, maka pada tahap selanjutnya kita butuh kelompok-kelompok civil society yang dapat mengawal dan mengadvokasi kebijakan-kebijakan yang merugikan lingkungan,” terang Megawandi.
Sedangkan Putra Saptian selaku divisi advokasi WALHI Sumut mengatakan, bentuk pembangunan di Indonesia yang masih bersifat antroposentris memberikan dampak pada mekanisme pengelolaan lingkungan hidup; di mana manusia diposisikan sebagai pusat dari sistem alam semesta. Kondisi ini menurut Putra menghasilkan satu bentuk “ilusi” terhadap kebijakan pembangunan yang pada akhirnya tidak menempatkan lingkungan sebagai satu hal yang harus dijaga keberlanjutannya.
“Ilusi itulah yang terjadi saat ini, meski agenda pembangunan kita sudah memasuki tahapan sustainable development tetapi jika gagasan tentang politik lingkungan atau kebijakan yang mengarah pada keberlanjutan lingkungan tidak terjadi, maka sesungguhnya kita sedang menunda kepunahan saja,” jelas Putra.
Sementara itu, Dewantoro selaku jurnalis yang mempunyai banyak pengalaman dalam isu-isu lingkungan, menegaskan pentingnya satu pola penyadaran bersama terhadap isu lingkungan. Di sini, menurut Dewantoro, media memiliki peran yang besar, tidak hanya mengedukasi melalui pemberitaan yang dipublis tetapi juga bisa ikut mengadvokasi masalah-masalah lingkungan yang tidak hanya memberikan dampak pada lingkungan itu sendiri tetapi juga memberikan dampak pada kondisi sosial manusia.
“Memang tidak semua media punya halaman khusus yang mengangkat pemberitaan terkait lingkungan dan tidak banyak juga kelompok jurnalis yang sadar tentang isu ini. Meski saat ini beberapa jurnalis sudah membentuk satu kelompok diskusi tentang lingkungan dan tentu ini menjadi penting agar para jurnalis paham bagaimana menentukan angel berita dalam peliputan lingkungan. Karena angle berita akan sangat menentukan persepsi pembaca dalam melihat satu peristiwa,” kata Dewantoro.
Kegiatan yang menghadirkan banyak aktivis, seniman dan budayawan ini dibuka dengan suguhan musik yang dibawakan oleh The baMBoes. Kegiatan ini ditutup dengan serangkaian penampilan musik dari Filsafatian dan Kenduri Kopi yang membuat para tamu diskusi menikmati seluruh rangkaian kegiatan yang dilakukan. Meski tidak dihadiri oleh Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Medan, tetapi justru dihadiri oleh Ir Sugianto Makmur, Anggota DPRD Sumut dari Fraksi PDI-Perjuangan dan juga beberapa tokoh masyarakat.
Secara keseluruhan penyelenggaraan kegiatan ini didukung oleh sejumlah lembaga seperti; Parkiran Kopi Sepeda, Media Identitas, MuhRaz Institut, Tahtan Outbound and Edu Center, FAJI Kota Medan, IAP Sumut, Bolderhood Medan Barat, Rusdan Cafe, Kenduri Kopi, Filsafatian dan The baMBoes, serta media patner yaitu tajdid.id. (*)
Laporan: Rozi Hasibuan