Menelusur Jejak Terorisme di Dunia

Wacana yang muncul di permukaan di balik tema besar terorisme saat ini, susah disangkal, telah menuduh dan memojokkan Islam yang dikenal sebagai agama yang cinta damai, kemerdekaan dan menyerukan kasih sayang kepada setiap manusia. Tapi telurusan terhadap sejarah terorisme di dunia justru berkata sebaliknya. Tema ketidakadilan, kepentingan dan persaingan sosial-politik-ekonomi hingga permainan intelijen negara juga mengemuka. 

Namun, melacak aksi terorisme bukan cuma merujuk pada Nechayev yang lebih pada meneror paham masyarakat. Sebuah kelompok bernama Sicarii Zealots, yang hidup di awal Masehi, ditunjuk sebagai bentuk awal aksi terorisme dalam aksinya yang faktual. Sicarii yang berarti “lelaki dengan belati”, dikenal karena aksinya menghancurkan Kota Yerusalem pada tahun 70 Setelah Masehi.

Sicarii merupakan sempalan dari kelompok Zelot Yahudi yang sangat radikal dalam aksinya. Mereka melawan pendudukan Roma di Yudea dan berupaya mengusir imperium itu di sana. Dinamakan Sicarii karena kelompok ini menyembunyikan belatinya di balik jubahnya. Mereka menyerang dan membunuh tanpa pandang bulu, baik pejabat maupun orang Roma biasa, apakah itu dalam kerumunan ataupun dalam sebuah pertemuan. Salah seorang korban mereka adalah Pastur Agung Jerusalem, Jonathan.



Belati Sicarii yang dipakai teroris Yahudi. [foto: ancient-origins]
Ketika perang antara Yahudi-Roma yang pertama (66-73), Sicarii mendapat akses masuk ke Jerusalem yang diduga didukung oleh kelompok Yahudi Zealot, untuk memperbesar pasukan perang. Mereka menghancurkan pasokan makanan di kota tersebut sehingga orang-orang pun marah ke imperium Roma. Bos mereka antara lain bernama Menahem ben Yehuda dan Eleazar ben Ya’ir. Aksi mereka cukup kejam. Mereka menyembelih 700 pasukan Roma, demikian juga anak-anak dan wanita.

Al-Hashshashin, sebuah kelompok yang dipimpin oleh Hassan-i Sabbah pada akhir abad ke-11 di Persia juga terkadang disebut teroris. Namun, tidak seluruh pengamat mengatakan kelompok ini sebagai teroris namun hanya digolongkan kelompok pembunuh bayaran biasa karena aksi mereka membunuh pemimpin politik tidak terkait dengan intimidasi terhadap musuh-musuh politik ataupun menginspirasi pemberontakan.

Kelompok ini beroposisi terhadap Dinasti Fatimiyah, namun tidak punya kekuatan besar untuk melawan kekuatan militer sehingga yang bisa mereka lakukan adalah melalukan pembunuhan terhadap gubernur kota ataupun perwira militer. Tapi motif pembunuhan itu, seperti yang dicatat sejarah, justru membangun sekutu dengan kekuatan militer di perbatasan. Mereka membunuh Janah al-Dawla, penguasa Homs untuk menyenangkan Ridwan penguasa Aleppo, membunuh Mawdud –Emir Mosul– dalam rangka berteman dengan penguasa Damaskus.

Nama kelompok ini begitu terkenal hingga kini. Bahkan kosakata Inggris menyerap kata ini menjadi “assassin” yang berarti pembunuh. Beberapa video game konsol, film, novel juga ditengarai mengambil inspirasi dari kisah ini.

* * *

Cari di INDHIE

Be the first to comment

Leave a Reply