Tujuh Januari 2015. Hanya seminggu setelah dentum tahun baru meledak di Paris, Perancis, tiga orang yang memegang Kalashnikov, senjata mesin otomatis buatan Rusia, menyerang kantor majalah Charlie Hebdo (CH). Penyerangan itu sangat singkat, namun hasilnya menggemparkan dunia. Sebanyak 12 orang tewas di tempat, termasuk sejumlah kartunis ternama di Perancis dan Pemimpin Redaksi-nya, Stephane Charbonnier. Saat itu, Charb sedang menggelar rapat redaksi.
Charbonnier diketahui sudah beberapa kali mendapat ancaman pembunuhan dan hidup dalam pengawalan ketat aparat keamanan. CH dikenal kerap menerbitkan kartun-kartun penghinaan terhadap Islam dan sosok sentral umat Islam, nabi Muhammad. Terbit sejak 1969, CH berhenti tahun 1981 sebelum terbit kembali 1992. Pada 2006, CH menjadi target utama kelompok-kelompok Islam radikal setelah mencetak ulang 12 kartun Nabi Muhammad yang sempat diterbitkan harian Denmark, Jyllands-Posten. Pada 2013, mereka menerbitkan komik tentang hidup nabi Muhammad. Redaksi berkilah, apa yang mereka lakukan adalah bagian dari kebebasan berekspresi.
Pemerintahan Perancis dan Eropa juga berpendapat sama soal kebebasan berekspresi ini. Dunia terbelah. Eropa dan Amerika membela CH, sementara negara-negara muslim mengutuk CH yang dinilai bagian dari Islamophobia ini.
Persatuan Cendekiawan Muslim Internasional yang berbasis di Qatar yang diketuai ulama berpengaruh Yusuf al-Qaradawi, mengkritik bungkamnya dunia terhadap penghinaan agama yang disebutnya memalukan dan tak bisa dibenarkan. Lembaga ini mengingatkan konsekuensi berat jika terus menghina Islam, Alquran dan Rasulullah. “Tidak ada satu pun orang waras yang bersedia menerima hasutan fitnah yang mengatasnamakan kebebasan berekspresi,” kata lembaga itu seperti dikutip AFP.
Namun Perancis bergeming. Mereka menerjunkan 15.000 tentaranya untuk mengamankan Paris plus tambahan anggaran 425 juta euro untuk meningkatkan perang melawan ekstremisme. Sejumlah pekerjaan baru diumumkan, 1.400 di kepolisian, terutama di intelijen, 60 ulama tambahan akan direkrut untuk memperkuat 182 orang yang sudah bekerja di penjara.
CH sendiri bukan majalah besar. Tirasnya hanya sekitar 30.000 eksemplar tiap pekan dan sempat berharap donasi untuk bisa terbit. Pasca penyerangan itu, mereka menerbitkan kembali kartun Nabi Muhammad. Tiga juta eksemplar majalah seharga 3 Euro (sekitar US$ 3,5) habis di hari pertama. Di internet, harganya mencapai US$ 1.000 per eksemplar.
Namun, aksi teror di Perancis setelah itu bukan itu saja dan bukan semata di Paris. London, Turki dan negara Eropa lainnya juga tak luput.
* * *